Generasi Ke-8 Faber Castell Tak Mau Jadi yang Terakhir
Faber Castell merupakan usaha keluarga yang dirintis selama delapan generasi, namun bukan berarti usaha ini tak mengalami kesulitan. Pemangku usaha keluarga Faber Castell, yang merupakan generasi kedelapan, Count Andreas Wilhelm Eberhard von Faber-Castell menjelaskan, selalu ada kesulitan dalam mengelola sebuah perusaahan.
"Bagaimana cara kita menyelesaikan sebuah kesulitan menjadi kesulitan tersendiri, dan yang lainnya adalah menjaga bagaimana perusahaan ini tetap sehat, berjalan baik dan tetap menguntungkan," jelas Count Andreas Wilhelm Eberhard von Faber-Castell kepada Okezone.
Dia menjelaskan, kesulitan juga terjadi lantaran dalam membangun sebuah bisnis, maka dia harus menerapkan standar perusahaan saya ke orang-orang yang terlibat.
"Sampai mereka yang terlibat menjadi satu tim, itu membutuhkan waktu beberapa tahun. Sampai semuanya dapat berjalan, komunikasi, dan semua proses lainnya, itu membutuhkan waktu. Meskipun jika saya memulai sekarang, saya harus mencari orang-orang tersebut. Terkadang semua itu membuat saya jungkir balik," tambahnya.
Namun, karena perusahaan ini sudah berdiri ratusan tahun, maka teknisi yang sudah bekerja di perusahaan ini pun cukup lama berkisar antara 12-20 tahun. "Sekarang kita sudah bisa menemukan orang-orang yang tepat, itu adalah bagian baiknya. Faber Castell adalah perusahaan keluarga, perusahaan ini bukan perusahaan yang baru diluncurkan. Atinya, biasanya orang-orang tersebut setia bersama kami. Kebanyakan perusahaan merupakan perusahaan yang baru diluncurkan, karenannya mereka sulit untuk settle. Berbeda dengan kami, kami sangat solid, kami menjaga orang kami,” tutur dia.
"Itulah keuntungan perusahaan yang sudah turun termurun, kami sudah membentuk pijakan kuat. Sehingga kecil kemungkinan bagi perusahaan lain untuk bersaing dengan perusahaan kami," ujar dia.
Dengan adanya tim yang solid ini, maka Andy jarang membicarakan permasalahan tersebut di rumah. "Karena saya jarang membawa pulang masalah. Karena saat saya mengalami masalah, saya punya orang yang membantu memecahkan masalah tersebut, dan saya memandang masalah tersebut dengan positif," jelas dia.
Meski demikian, pola kerja Andy mendapat kritikan dari istrinya. "Istri saya pernah berkata kepada saya, saya tidak menikahi dia, saya menikahi pekerjaan saya," ujarnya diiringi tawa.
Andy juga selalu berbagi pengalamannya mengelola perusahaan tersebut kepada puteranya, meskipun tidak semua saran yang dia ajukan dapat diterima oleh anaknya. "Saya juga pernah berdebat dengan anak saya mengenai mengelola sebuah perusahaan, mungkin ada sedikit perselisihan, namun tahun berikutnya dia datang kepada saya dan berkata. 'Ayah, engkau benar'," kata Andy.
Menurutnya, perusahaan keluarganya dapat sukses karena konsisten menjalankan tiga pilar praktik usaha keberlanjutan yang meliputi keberlanjutan ekonomi, ekologi serta sosial dan lingkungan untuk menghasilkan produk dengan cara terbaik.
Selain itu, dia memandang sebuah pertumbuhan tidaklah harus massive. "Sebuah langkah kecil, bisa menjadi sebuah lompatan besar ke depannya.. kerja keras ditambah interaksi dengan konsumen, mengetahui apa kemauan mereka, menghasilkan teknik baru, akan menghasilkan manfaat baru," tuturnya.
Konsumer, lanjut Andy, adalah orang yang mengajarkan bagaimana dapat membuat perusahaan ini maju. "Bukan ayah saya yang mengajarkan, sedikit dari kakak saya, dan banyak dari konsumer, dari orang-orang di perusahaan ini,” jelasnya. Dia mengatakan, ketertarikan konsumer adalah kunci penjualan. Menurutnya, dia harus memahami bagaimana membuat benda yang paling disukai orang.
"Karena jika orang menyukai produkmu, mereka akan datang. Sepanjang waktu kau harus bekerja membuat resep yang lebih baik dan bertanya apakah mereka suka," katanya.
Akan tetapi, di atas semua itu kunci bertahannya perusahaan keluarga ini, adalah hanya satu orang yang didaulat untuk mengelola perusahaan, sehingga tidak ada perselisihan di keluarga. Dia menjelaskan, biasanya anak tertua dalam keluarga yang didaulat mengelola perusahaan. "Kecuali anak tertua tidak mau atau tidak mampu untuk mengelola perusahaan ini, jadi anak tertua dari keluarga yang mempunyai kemampuan yang akan menjalankan perusahaan ini,” kata dia.
Meski demikian, perusahaan ini tidak selalu dikelola oleh anak laki-laki pertama. Menurutnya, untuk memimpin perusahaan ini, maka orang tersebut memang harus memiliki kompetensi. "Seperti yang terjadi pada generasi kakak saya, anak tertua dari generasinya payah. Kakak saya anak ketiga, namun kakak saya satu-satunya yang menurut ayah punya kualifikasi paling bagus untuk mengambil alih perusahaan," jelasnya.
"Bagaimana membawa apa yang ada di otakmu ke dalam hatimu. Seseorang bisa mengerti apa saja, tapi kalau dia tidak punya minat, lupakan saja, karena dia tak akan pernah menduduki tempat teratas," tegas Andy.
Hal ini juga, yang terus memotivasi untuk mengelola perusahaan ini. Dia tidak ingin gagal, menurutnya, kegagalan adalah ketika mereka menjual perusahaan ini.
"Tetapi itu tidak akan terjadi, langkahi dulu mayat saya, karena saya akan berbuat apapun untuk membuat perusahaan ini lebih kuat, dan dapat dilanjutkan generasi selanjutnya. Saya tidak mau menjadi generasi terakhir yang mengelola Faber Castell,” tukas dia.
sumber
Rating: 4.5