Jual Kamboja Kering Dan Basah

Pohon kamboja, khususnya kamboja berbunga putih (Plumeira alba), masih dipandang sebelah mata. Sebab, kebanyakan tanaman ini tumbuh di kuburan. Tidak jarang, orang menyebutnya sebagai bunga kuburan. Bunganya yang telah dikeringkan, lantas ditumbuk halus, banyak dipakai sebagai bahan baku wewangian, kosmetik, industri kerajinan dupa, spa, serta teh herbal. Untuk harga perkilo, kami tidak mematok harga paten dikarenakan harga yang tidak stabil dan berubah sewaktu-waktu. Jika anda berminat, silahkan hubungi kami atau jika anda ada di Banjarmasin, bisa datang langsung ke tempat kami.
Dikirim oleh : Kamboja Kering, banjarmasin, 081334232727 | Kunjungi Website

Dijual Rumah ada sarang Walet-Tulungagung

Dijual Rumah Murah ada sarang Walet lengkap Dengan Instalasi Speaker, lb 90m2 sarang walet 3x7m diatas ada kolam, rumah monyet untuk walet 2x2m. Harga 175juta tanpa perantara Bila ada yang berminat langsung hubungi kami
Dikirim oleh : Rumah Murah, Bangoan kedungwaru Tulungagung, 081351015777 | Kunjungi Website

Sempat Jadi Babysitter, Kini Jadi "Ratu Kecantikan"





PASTI Anda sudah tidak asing lagi mendengar nama Martha Tilaar. Ya, dia adalah salah satu wanita tersukses yang dimiliki Indonesia, karena bisnisnya di bidang kosmetika maupun ramuan tradisional.

Wanita kelahiran Kebumen 4 September 1937 ini merupakan istri dari Henry A Rudolf Tilaar. Dari Henry, Martha memiliki empat orang anak, yaitu Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, dan Kilala Tilaar. Keempat buah hatinya ini mengikuti jejak sang bunda dan diikutsertakan dalam bisnis yang digelutinya.

Kesuksesan wanita yang akrab disapa Martha ini bukan lah tanpa perjuangan dan kerja keras. Berbekal kepercayaan dan keyakinan bahwa dirinya mampu, Martha kini sukses merajai pasar kosmetika di Tanah Air.

Mengawali kariernya sebagai guru, Martha pergi untuk mengadu nasib di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) pada 1963. Ketika di sana, Martha mencari penghasilan tambahan dengan menjadi penjaga anak (babysitter).

Kala itu, Martha memasang pamflet di toko-toko yang bertuliskan, "Saya adalah seorang guru dan saya siap menjadi babysitter anak Anda". Tak disangka, respons dari masyarakat AS waktu itu cukup baik. Banyak yang menginginkan jasa Martha untuk menjadi babysitter.

Di AS, Martha tak sendirian, dia ditemani sang suami yang mendapatkan Single Scholarship. Saat itu, dia mengatakan bahwa pendapatan suaminya dari beasiswa hanya sebesar USD210.

Sementara pendapatannya justru mencapai USD2.000. Dari situlah kemudian sang suami mengatakan bahwa Martha Tilaar mempunyai potensi untuk menjadi seorang wirausaha (entrepreneur).

Setelah mendapatkan uang yang cukup, kemudian Martha memperdalam jiwa wirausahanya ke sekolah kecantikan di AS selama dua tahun di Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS. Beliau menghabiskan waktu hidupnya selama lima tahun di Negeri Paman Sam.

Usai menuntut ilmu, dia pun kembali ke Indonesia. Saat itu, Martha mendapat nasihat dari gurunya yang orang asing. "Martha negaramu kaya, kamu harus melakukan sesuatu dan memanfaatkan kekayaan yang ada," ujar gurunya, seperti diceritakan kembali oleh Martha, kepada okezone, belum lama ini.

Mendapat nasihat ini, Martha pun mulai mengembangkan seni perawatan tubuh tradisional maupun kosmetika. Dia berujar bahwa kecantikan antara barat dan timur sungguh berbeda. Sehingga cara memancarkan kecantikan orang timur jangan memakai gaya barat. Prinsip beliau, dalam kecantikan adalah Back To Nature, semua harus alami.

Pada 1969, berbekal pengalamannya, dia membuka salon kecantikan di rumahnya. Seiring waktu berjalan, akhirnya salon itu berkembang menjadi lima cabang. Pada 1972, beliau pun ke Eropa belajar mengenai ramu-ramuan. Empat tahun kemudian akhirnya beliau mendirikan Martha Griya Salon yang memperkenalkan mengenai perawatan tradisional.

Berawal dari Martha Griya Salon inilah, pabrik kosmetik PT Sari Ayu, Martha Kosmetika Indonesia berdiri. Kini cara pandang dari wanita bergelar Doktor Kehormatan di bidang Fashion Artistry dari The World University Tucson, Arizona, Amerika Serikat 1984, mengenai kosmetik ataupun ramuan tradisional semakin maju.

"Segala ramuan saat ini harus dapat dijelaskan secara scientific approach. Jadi dalam ramuan tersebut ada promise dan prove, bukan hanya kata nenek moyang," jelasnya.

Saat ini, melalui Martha Tilaar Group, dia sudah memiliki tujuh anak perusahaan, yaitu PT Martina Berto Tbk, PT Sari Ayu Indonesia, PT Martha Beauty Gallery, PT Cantika Puspa Pesona, PT Creative Style, PT Kreasi Boga, serta PT Cedefindo.

Pada 2011 ini, beliau sudah mendapatkan begitu banyak penghargaan dan pengakuan dari dunia internasional di antaranya diberikan oleh UN Global Compact, Partner Resmi dalam Global Spa Summit, Student Exchange Paris, 7th World Islamic Economic Forum, Asia Spa Award, Official Make Up Islamic Fashion Festival dan yang terakhir adalah World Forum Lille yang diberikan pada 15 November 2011 lalu.

Pada 3 Januari 2013 mendatang, Martha Tilaar Group akan berumur 43 tahun dan Martha Tilaar pun berharap agar usahanya akan terus bisa menjadi yang terdepan dengan moto 3C yaitu Connect, Compete, dan Collaborate.

sumber

Rating: 4.5

Nico Omer, Lari Maraton di Belgia Sampai Analisa Pasar Saham

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





JALAN hidup seseorang memang sulit ditebak. Hari ini mungkin orang tersebut menjadi atlet, tetapi bisa jadi beberapa waktu kemudian kala ditemui lagi orang tersebut telah beralih profesi sebagai analis. Itulah yang terjadi pada Nico Omer Jonckheere. Meninggalkan dunia lari maraton di Belgia, Nico Omer melabuhkan hidupnya ke pasar saham.

Awalnya, pria yang hobi membaca buku ini coba-coba melakukan investasi di pasar modal Indonesia. Namun, investasi di bursa saham kala 1998, terhantam badai krisis Asia. Indonesia sendiri memasuki fase yang disebut krisis moneter. Tak pelak, tiga tahun pertama investasi Nico pun mengalami kerugian.

Meski begitu, Nico tetap ngotot mencoba, hingga tak jarang banyak orang yang cenderung menertawakan dirinya, karena saat itu investasi di pasar saham terimbas sentimen negatif Asia.

"Banyak orang yang menertawakan saya. Banyak yang bilang bahwa saya mempunyai hampa (tidak mempunyai apa-apa), dan banyak juga yang bilang seperti mau jadi kaya saja dari situ (tidak menguntungkan). Pokoknya banyak ejekan lah, tapi saya tetap fokus dan saya yakin saya akan jadi seseorang di bidang ini," ungkap Nico kala berbincang dengan okezone di Jakarta, beberapa waktu lalu..

Memang, saat itu Nico sulit sekali mendapatkan keuntungan karena kondisi pasar yang sedang menurun. Namun, di situ lah Nico mendapat pembelajaran. Layaknya sebuah sekolah, pria yang lahir di Oostende, Belgia ini banyak belajar dari kesalahan mempelajarinya dari sana.
 
Memilih Indonesia
 

Pria kelahiran, 6 Maret 1971 ini jatuh cinta pada pandangan pertama pada Indonesia. Datang ke Indonesia pada 1993, dengan mekanisme backpacker, Nico menjelajah ke seluruh Indonesia. Alhasil, kecintaannya pada Indonesia pun makin mendalam. Meninggalkan status atletnya, pada 1995, Nico kembali ke Indonesia, setelah menyelesaikan pendidikan sarjana ekonomi di Katholieke Universiteit Leuven (KUL).

"Umur saya masih 24 tahun waktu itu, kemudian saya bilang sama orangtua akan tinggal di Indonesia. Mereka sedih karena jauh, cuma saya memang sudah niat, karena saya cinta Indonesia," kenang Nico.

Ada banyak hal yang membuat Nico jatuh cinta pada Indonesia. Menurutnya, pemandangan alam di Indonesia, membuatnya semakin betah berada di Tanah Air.

"The landscape funtastic, beautiful beach, the plantaion, roci field, palm trees, saya suka sekali itu," kata Nico singkat.

Faktor lainnya yang juga menarik adalah cuacanya. "Kalau di Belgia itu lebih dari 250 hari dalam setahun musim dingin dan angin yang kencang, saya tidak suka itu, (bikin) depresif lah," jelas Nico.

Tak hanya pemandangannya saja, Nico juga menyukai makanan Indonesia. Menurutnya, makanan di Indonesia sangat segar, terutama untuk sayur-sayuran dan buah-buahannya.

Di samping itu, yang membuat dirinya betah tinggal di Indonesia adalah perempuan Indonesia yang dinilai lebih feminim dari wanita di negaranya. Nico pun akhirnya 'kepincut' oleh salah seorang wanita asal Bandung yang ditemui di Braga, Bandung.

Alkisah, Nico dan temannya sedang menyaksikan live music di tempat tersebut, dia betemu dengan salah seorang kenalan temannya, yang akhirnya menjadi istrinya dan dikaruniai empat orang putera. "I love Indonesian women, mereka feminim. Lebih anggun dari wanita bule," kata Nico seraya tersenyum.

Setelah menikah, pada periode 1998 hingga 2004, sembari terus bermain di pasar modal, Nico mengasah kemampuannya akan angka dan analisa riset dengan menjadi dosen dikampusnya mengambil magister managemen mengenai pasar modal, ARS International University, Bandung. Di sana, dia tidak hanya mengajarkan pasar saham, namun juga Bahasa Inggris, sebelum akhirnya sukses bekerja menjadi Vice President Research & Analyst Valbury Asia Securites semenjak 2005 hingga saat ini.

Dengan masuknya ke Valbury, Nico berhasil menepis keraguan semua orang mengenai dirinya. Menurutnya, dengan kecintaan akan pasar modal dan apapun yang berhubungan dengan keuangan internasional, semuanya yang dilalui terasa ringan dan bukan seperti tantangan.

"Wah mengenai pengalaman saya tidak terlalu ingat. Saya terlalu suka bidang ini dan tidak pernah peduli apa kata orang meskipun sering dikritik oleh sesama analis karena beda pendapat," selorohnya.
 
Misi Besar


Meski terbilang sukses, Nico mengatakan masih ada motivasi dan misi besar dalam menjalani karir di bidang pasar modal ini. "Motivasi dan misi terbesar saya adalah bahwa orang Indonesia menjadi makmur dan sejahtera lewat pasar modal Indonesia, dengan menjadi seorang investor dan bukan seorang trader atau bahkan spkulator," tegas Nico.

Karenanya, Nico pun menulis buku guna mengajak masyarakat Indonesia berinvestasi di pasar modal Indonesia. Dia mengatakan, buku ini dibuat supaya orang lebih berani dan memahami kekuatan dari investasi dalam jangka panjang. Adapun isi dari buku tersebut di antaranya memilih saham dengan fundamental yang kokoh pada harga yang rendah.

Nico berpesan, untuk menjadi seorang investor harus mempelajari segala hal, misalnya sebuah laporan keuangan emiten agar, tahu kondisi keuangan emiten yang dibeli.

"Belajar sendiri dan jadilah mandiri, jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang alias jangan lupa mendiversifikasi aset Anda dalam beberapa asset class seperti saham, properti dan logam mulia, berivestasi secara reguler (sisihkan setiap bulan sedikit uang untuk membeli saham dengan menerapkan dollar-cost averaging), jangan pernah mendengar rumor, baca laporan keuangan perusahaan agar tahu apa yang dibeli (dengan kata lain jangan membeli kucing dalam karung)," pesan Nico.

Selain itu, Nico juga memberikan tips bagi orang yang ingin berkarier di bidang pasar modal. "Apapun yang anda lakukan you must have passion itu sangat penting. Love what you do, do what you love. Itu akan sangat bagus dalam bidang Anda," jelas dia.

"Lalu Anda harus obsesi dalam arti kata benar-benar fokus untuk memiliki komitmen ke bidang yang anda tekuni, jangan setengah-setengah. You have to be the best, you have to know what you talking about, harus ada dasarnya, apalagi sebagai analis harus sangat faktual dan datanya harus di-back up," tambah Nico.

sumber

Rating: 4.5

Mantan Pengamen yang Sukses Raup Rp400 Juta/Bulan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

SEBUAH bisnis tak melulu harus berupa barang. Kala kita punya kemampuan ditambah kemauan, serta semangat pantang menyerah, maka setiap orang niscaya akan berhasil. Contoh saja Siswadi, dengan semangat pantang menyerahnya, dia memutuskan untuk membuka sebuah usaha.

Bukan usaha di bidang barang yang dia tekuni, namun jasa. Tidak perlu jasa yang besar, dia hanya memanfaatkan kemampuanya yang diserap lewat pendidikan dan pengalamannya. Bersama lima orang temannya, Siswadi memutuskan untuk membuka bisnis bimbingan belajar (bimbel) di daerah Matraman, Jakarta.

Namun, dalam menjalankan sebuah usaha, memang tak semudah yang dibayangkan. Belum apa-apa, Siswadi dan temannya harus berjibaku dengan masalah tempat usaha bimbel. Karena memang tidak mempunyai modal, Siswadi tidak dapat mendirikan bimbel tersebut di tempat yang terbilang strategis. Mereka pun harus puas membuka bimbel di rumah kosong milik temannya di Jalan Kayu manis 6 nomor 33.

Kala dibuka pun, Siswadi hanya punya modal Rp300 ribu untuk perlengkapan bimbel. Oleh sebab itu, bimbelnya pun hanya mempunyai 98 murid SD menjadi siswa pertama.

"Alhamdulillah semuanya lulus masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), bahkan dua di antaranya berhasil ikut pertukaran pelajar ke Jerman," kenang Siswadi kala berbincang dengan okezone, beberapa waktu lalu.

Modal yang minim membuat Siswadi tidak dapat melakukan survei mendalam pada kurikulum atau materi yang ada. Saat itu, dia hanya menggunakan insting dan pengalamannya dalam memilih pelajaran. Nampaknya Dewi Fortuna memang berpihak padanya, insting Siswadi kala itu memang jitu. Sebab, banyak siswa mengatakan materi yang diberikan di bimbel Solusi banyak keluar saat ujian. "Yang menurut saya sulit (pelajarannya) dan kompleks kita ajarkan ke siswa," jelasnya.

Setelah bisnis kian membesar, Siswadi tak lagi menggunakan insting untuk membantu belajar anak didiknya. Bimbelnya kini mempekerjakan tenaga kurikulum, guna menyusun soal dan materi pelajaran yang dia seleksi dengan ketat.

Alhasil, dengan kurikulum matang dan kesaksian dari para anak didiknya, membuat nama Solusi makin menggaung di dunia bimbel. Hal itulah yang membuatnya berani memberikan jaminan, kualitas pembelajaran di Solusi terstandar dengan baik.

Dengan menerapkan konsep belajar team best learning plus, setiap kelas hanya berisi 10 siswa, modul pembelajaran yang ringkas dan mudah dimengerti, mengiringi langkah Siswadi menjadi penerima penghargaan penyelenggara bimbel terbaik versi majalah bisnis nasional pada 2009 silam. Penghargaan itu, didapatkan lantaran peningkatan jumlah siswa yang mencapai 100 persen tiap semester.

Perjuangan
Kesuksesan yang didapat Siswadi dan kelima temannya, bukan jatuh dari langit. Bimbel Solusi pun bukan warisan siapa-siapa. Laki-laki kelahiran Purwodadi, Jawa Tengah, ini membutuhkan waktu panjang untuk membangun bimbel Solusi.

Siswadi lahir dan besar dari keluarga yang serba kekurangan. Siswadi kecil, yang ditinggal pergi oleh ayahnya pada usia lima tahun, sudah memiliki semangat besar untuk mengubah nasib. Sewaktu duduk di kelas III SD, didorong rasa penasarannya, Siswadi merantau ke Semarang mencari ayahnya.

Karena masih kecil, Siswadi belum punya perhitungan. Hasilnya, Siswadi kecil pun terlantar karena tidak punya kerabat di Semarang. Untuk hidup, Siswadi pun menjadi pengamen demi mendapatkan sesuap nasi di kota itu. Sembari mengamen, Siswadi tetap mencari kabar tentang sang ayah. Seiring waktu berjalan, Siswadi merasa mencari ayahnya adalah sia-sia, karenanya dia memutuskan untuk menyerah dan kembali ke Purwodadi.

Selang beberapa lama di rumah, entah angin apa yang mendorong Siswadi memutuskan kembali merantau. Kali ini tujuannya bukan lagi Semarang, namun ke ibu kota. Lagi-lagi, Siswadi pergi hanya berbekal tekad. Pergi dengan kereta api, Siswadi pun diturunkan dengan tidak hormat karena tidak membayar. "Karena tak mempunyai tiket, saya diturunkan di sawah," kenang Siswadi.

Semangatnya memang patut diacungi jempol. Tekat Siswadi yang sudah bulat membuatnya rela berjalan kaki menyusuri sawah hingga bertemu dengan terminal bus. Sampai di terminal Pulo Gadung, Jakarta, Siswadi juga tidak punya kerabat. Pengalaman hidupnya di Semarang, nampaknya telah memberikan semangat tersendiri bagi dia. "Agar tetap hidup, saya mengamen lagi di terminal itu," jelas Siswadi.

Siswadi pun malang melintang hidup di jalanan. Ini membuatnya dapat berkenalan dengan banyak orang. Dia bahkan pernah ikut demonstrasi di 1998, namun bukan untuk memperjuangkan hak-hak seperti yang dilakukan kebanyakan orang, Siswadi berdemo demi mendapatkan sebungkus nasi.

Dari keikutsertaanya pada demonstrasi tersebut, Siswadi diajak bergabung oleh kelompok mahasiswa proreformasi bernama Forum Kota (Forkot). Siswadi akhirnya menetap di markas Forkot itu sembari mengenyam pendidikan yang kala itu belum diselesaikannya dengan kejar Paket A, setara dengan SD. Setelah lulus, Siswadi menyadari pentingnya pendidikan, dia pun meninggalkan Forkot dan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Guna mengenyam pendidikan, Siswadi mengandalkan kemampuan mengamennya untuk mencari sesuap nasi dan juga biaya sekolah. Meski begitu, faktor fisik terkadang menyebabkan dia meminta uang secara paksa kepada murid lain. "Untungnya kepala sekolah berbaik hati dan membebaskan saya dari SPP," kata dia.

Setelah lulus SMP, Siswadi yang ingin merasakan manisnya masa SMU, mulai berfikir lebih maju. Dia tidak ingin lagi mengandalkan kemampuan mengamennya. Maka dari itu dia pun mencari pekerjaan. Beruntung sebuah penyewaan game memakai jasanya. Gaji dari penyewaan game itu akhirnya dipakai membiayai sekolah.

Siswadi pun mulai intens mengikuti organisasi, dia mulai aktif di kegiatan nasyid SMU, bahkan sempat menjadi juara antar-SMU. "Sejak itu, saya mulai tenang dan tidak nakal," ungkap Siswadi.

Lulus SMU, Siswadi sempat merasakan perguruan tinggi di Universitas Bhayangkara. Namun, dia memutuskan bekerja sebagai tenaga marketing di sebuah lembaga bimbel. Di tempat bimbel itulah Siswadi belajar seluk-beluk usaha bimbel. Siswadi pun akhirnya memutuskan untuk membuka bimbel sendiri bersama teman-temannya.

Semua Orang Berhak Mendapat Pendidikan
Berkaca dari masa lalunya, tekad Siswadi membentuk bimbel tidak difokuskan untuk mencari penghasilan. Siswadi ingin membuktikan bahwa bimbel itu hak semua murid dari semua status sosial. Itulah sebabnya, dalam mengelola bimbel, Siswadi berusaha menjangkau murid SD dan SMP dari kalangan menengah bawah dengan menawarkan biaya murah.

Namun, seiring berlalunya waktu, Bimbel Solusi pun tumbuh menjadi Bimbel besar. Jika pada awalnya Solusi menargetkan anak didik dari kalangan menengah ke bawah, saat ini siswa yang bergabung juga banyak dari kalangan atas.

"Dulu memang fokus anak kurang mampu, tapi sekarang kami juga menjangkau kalangan kelas atas," kata Siswadi.

Meski begitu, dia tetap mematok tarif murah Rp500 ribu per semester. "Itu menjadi daya tarik tersendiri, sebab walaupun murah namun materi yang diajarkan berkualitas," klaim Siswadi.

Dengan tarif yang terjangkau, siswa juga akan mendapatkan modul belajar, buku pengembangan, serta tempat belajar ber-AC. Siswa juga memperoleh training atau seminar motivasi yang berlangsung di tengah atau akhir semester. Naiknya pamor Solusi, membuat Siswadi berani mewaralabakan Bimbel Solusi-nya. "Kami ingin mengembangkan bimbel solusi ke seluruh Indonesia," katanya.

Saat ini, bimbel solusi telah memiliki 45 cabang dan mitra di seluruh Indonesia dengan total murid sekira 7.000 orang. Karyawan yang bekerja di Solusi telah mencapai kurang lebih 500 orang.

Dengan jumlah tersebut, omzet yang diperoleh setiap bulan bisa mencapai Rp400 juta. Namun demikian, sukses yang diraih Siswadi tidak menghilangkan kenangan saat dia harus berjuang menjadi pengamen di jalanan. Sebagai bentuk perhatiannya, Siswadi memberikan kursus gratis bagi anak yatim piatu. "Di balik kesuksesan pasti ada hak orang lain," kata dia.

Setelah sukses lewat bimbelnya, barulah Siswadi menyempatkan diri meneruskan kuliahnya yang tertunda akibat biaya, namun kali ini dia menerukskan di universitas yang berbeda.

sumber
Rating: 4.5

Handry Satriago Sukses Pimpin GE dari Kursi Roda

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





KEKURANGAN anggota tubuh bagi setiap orang adalah ujian yang sangat berat, sehingga bisa saja orang tersebut mengalami depresi yang luar biasa dahsyat. Namun tidak bagi Handry Satriago, Presiden Direktur General Electric Indonesia.

Handry yang punya keterbatasan kepada kedua kakinya ternyata mampu melangkah jauh dari apa yang sanggup dibayangkan orang. Dirinya mampu mengatasi kekurangan tersebut dengan kelebihan yang dia miliki.

Pada usia 18 tahun, Handry didiagnosis mengidap kanker kelenjar getah bening di tulang belakangnya. Saat itu Handry tidak menyangka bila dirinya akan duduk di kursi roda hingga bertahun-tahun. "Itu terjadi di tengah-tengah tahun kejayaanku," ungkap Handry kepada okezone beberapa waktu lalu.

Namun, semangat hidup dan dukungan lingkungan yang kuat mampu mengalahkan banyak persoalan yang dihadapi Handry. Dia berhasil menyelesaikan S-1 jurusan teknik bioindustrinya di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan IPK amat mengesankan. Selanjutnya dia berhasil menyelesaikan Magister Management Double Degree di Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI)-Monash University, Australia, pada 1996 dalam waktu setahun lebih cepat dengan predikat cum laude.

Handry mengaku bila dirinya sangat peduli dengan dunia pendidikan sehingga dia memimpikan untuk kembali ke kampus untuk menjadi seorang dosen. Baginya, menjadi dosen merupakan hal yang mewah karena mengajarkan orang-orang untuk sukses ke depannya.

“Saya amat suka mengajar. Dulu saya mengajar di kelas-kelas setiap akhir pekan. Menjadi guru memberikan luxury yang tak ditemukan dalam profesi lain. Bayangkan, di sebuah kafe, ada yang datang memberi salam ‘Pak, saya dulu murid Anda, sekarang sudah jadi ini dan itu.’ It feels sooo..good, saya bisa senyum-senyum seharian,” ujar pria 42 tahun tersebut.

Dalam perjalanan hidupnya, seorang Handry ternyata pernah bermimpi menjadi jurnalis. Karena pada saat itu pengaruh media sangat kental. "Ikut karnaval, saya pakai rompi, bawa kamera, kayak wartawan, deh," kata pengagum Syahrir itu.

Selepas kuliah, dirinya direkrut sebuah perusahaan teknologi untuk mengurus majalah internal perusahaan. Tiga tahun menabung hasil kerjanya, Handry memutuskan untuk sekolah lagi di Institut Pengembangan Manajemen Indonesia Business School , dan lulus cum laude dengan dua gelar master. Sambil kuliah, dia membuka usaha desain grafis dengan kawan-kawan dan saudaranya. Predikat itu membuatnya dibujuk pencari bakat dari General Electric untuk masuk ke perusahaan listrik tersebut. "Saya tolak. Ngapain? Saya punya bisnis sendiri, kok," tegasnya.

Maklum, saat itu bisnisnya sedang maju pesat. Sang pencari bakat pun pantang menyerah, sambil menerangkan segala macam fasilitas yang bisa didapatkannya. Iming-iming fasilitas dan perjalanan keluar negeri akhirnya membuat dirinya kepincut. Posisi pertamanya di perusahaan tersebut yakni menjadi Manajer Pengembangan Bisnis GE Indonesia. Dia mematok target menjadi Jack Welch, CEO GE.

Tiga belas tahun kemudian, saat melakukan business trip mengenai pembangkit listrik ke Vietnam , dia ditawari posisi strategis yakni menjadi Presiden GE Indonesia. Pria kelahiran Riau, 13 Juni 1969 itu pun pemimpin termuda sekaligus lulusan sekolah dalam negeri pertama yang menjadi bos di perusahaan raksasa asal Amerika Serikat (AS).

Menjadikan Abraham Lincoln sebagai inspirator, Handry menjadi orang yang tak gampang menyerah. Pada 1994, meski sedang menjalani kemoterapi karena kankernya menjalar ke pinggang, dia tetap tegar. "Saya selama ini dikasih jalan sama Dia."

Ditawari Jadi Bos

Ketika masih menjabat sebagai Manajer Pengembangan Bisnis General Electric (GE) Indonesia , ia dihubungi langsung oleh Presiden GE ASEAN Stuart Dean untuk menangani bisnis GE yang ada di Singapura. Kepercayaan tersebut tentunya tidak disia-siakan, tanpa pikir panjang dirinya terbang menuju Singapura dengan keaadan masih duduk di atas kursi roda. Hal tersebut lah yang membuat dia terbang ke markas GE di AS hingga akhirnya dinobatkan menjadi Presiden GE Indonesia. “Semua ditunjukkan Yang Di Atas," katanya merendah.

Tiga belas tahun berada di perusahaan energi AS itu, Handry menjadi seorang motivator dan pebisnis ulung. Hampir semua yang dipegangnya menjadi bisnis yang ditakuti oleh pesaingnya. Misalnya, di bisnis lighting (pencahayaan), dia menghasilkan USD6 juta dalam dua tahun kepemimpinannya. Sebelumnya, di GE tak ada yang melirik bidang itu, karena dianggap tak prospektif karena dikuasai Philips.

Putra tunggal pasangan Djahar Indra dan Yurnalis Indra itu akhirnya menyanggupi tantangan membuat lighting menjadi bisnis sendiri,  terpisah dari consumer goods. Hasilnya, antara lain bisa Anda lihat tata cahaya di Bandar Udara Ngurah Rai dan siraman cahaya di Candi Prambanan. Dia pun merintis ide bisnis menjual paket cahaya dengan kontrak jangka panjang dengan sejumlah pabrik besar dan kecil di bidang kimia, cat, dan tekstil. "Anda santai saja, tata cahaya efisien kami yang urus," ujarnya.

Sejak duduk di bangku SMA Labs School Rawamangun, sahabat salah satu sutradara terbaik negeri ini, Riri Riza ini begitu juga teman-teman sepermainannya memperlakukan Handry layaknya orang normal dengan pembicaraan yang tak pernah membuat Handry tersinggung dengan keadaannya. Ketika nonton teater bareng pun, mereka menggotong Handry untuk bisa memasuki gedung teater. Solidaritas dan perlakuan sama dengan orang normal membuat Handry merasa nyaman. "Teman-teman membuat saya percaya diri," katanya.

Di sisi lain, ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjun bebas dari Rp2.500 menjadi Rp15 ribu, para pelanggannya di Glodok menolak barang-barang perusahaanya. Tak menyerah, Handry membujuk mereka membuat kontrak jangka panjang, menjual barang tersebut dengan separuh nilai tukar. Dengan cara itu, dia memotivasi tim yang terdiri atas orang-orang muda bahwa solusi bisa diperoleh di tengah kesulitan. Inilah praktek kepercayaan pemimpin dengan pengikutnya yang menjadi resep andalannya.

sumber

Rating: 4.5

Sofyan Basir: Siapa Bilang BRI Itu Hanya Bank Desa?

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





Bank Rakyat Indonesia (BRI) dulu kerap diidentikkan dengan bank pasar dan desa. Tetapi kini, bank pelat merah itu telah berubah menjadi bank modern yang siap bersaing dengan bank umum lain.

Lain dulu, lain sekarang. Mungkin asumsi itu bisa dilekatkan kepada BRI. Maklum, saat ini kiprah BRI jauh berbeda dengan beberapa tahun lalu. Dulu banyak orang beranggapan BRI adalah bank pasar, karena lebih banyak beroperasi di sekitar pasar tradisional.

Pasar adalah tempat di mana masyarakat banyak berinteraksi di pasar-pasar tradisional. Tetapi itu dulu, kini BRI telah menjadi bank modern yang siap bersaing dengan bank umum lain.

Kendati begitu BRI tetap mempertahankan visi bisnisnya yang memberikan perhatian besar pada masyarakat desa. Perubahan wajah BRI tersebut tidak terlepas dari peran Sofyan Basir sebagai direktur utama.

Setidaknya, di bawah kepemimpinannya, BRI memperlihatkan kinerja yang terus meningkat. Hal ini misalnya terlihat pada pendapatan dan laba BRI. Pada triwulan III-2011, BRI mencatatkan laba sebesar Rp10,43 triliun.

Angka ini lebih besar 56,69 persen dibanding periode yang sama di 2010. Sejak 2010, BRI memang telah membukukan laba di atas Rp10 triliun. Bedanya, angka lebih dari Rp10 triliun dibukukan pada kuartal keempat (pada 2010 BRI berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp11,472 triliun). Kenaikan sebesar itu tentunya tidak bisa diraih dengan kinerja yang biasa-biasa saja.

Apalagi, saat ini persaingan dunia perbankan semakin ketat. Kenaikan laba BRI yang cukup besar tersebut banyak membuat analis dan bankir yang kagum. Semua perkembangan dalam beberapa tahun terakhir tidak lepas dari racikan strategi yang dilakukan Sofyan. Menurut Sofyan, pencapaian laba yang mencapai lebih dari Rp10 triliun pada 2010 bukan hanya menyebabkan kaget pihak luar.

Pada awalnya, internal perusahaan pun tidak semua memprediksikan hal tersebut. Semua ini karena BRI mampu memaksimalkan semua potensi yang mereka miliki. Dalam laporan triwulan III yang dipublikasikan pada September lalu, BRI mempunyai net interest income (NII) sebesar Rp26,2 triliun dan net interest margin (NIM) 10,24 persen, sedangkan capital adequacy ratio-nya (CAR) sebesar 14,84 persen dan return on equity (ROE) 39,86 persen.

Sehatnya BRI juga terlihat jelas pada besaran kredit bermasalah (non-performing loans/NPL) gross yang sebesar 3,34 persen dan NPL net sebesar 0,75 persen. Hal ini tentunya jauh di bawah batasan NPL yang ditentukan BI yang sebesar lima persen.

Pertumbuhan BRI juga diperlihatkan dari jumlah cabang dan kantor yang dimiliki. Pada beberapa tahun lalu, BRI mungkin lebih dikenal dengan bank rakyat karena memiliki jaringan kantor hingga pedesaan. Namun, kala itu kantor yang mereka yang ada di pedesaan itu tidak online.

Kini semua berubah, dan tabungan BRI pun tidak hanya identik dengan simpedes. Pada 2005, hanya sekira 1.100-1.200 kantor yang online di perkotaan dan itu pun tidak semua. Namun sejak akhir 2010, jumlah kantor BRI lebih dari 7.000 lokasi. Sementara itu, tahun ini Sofyan menargetkan BRI bisa menjadi bank yang mempunyai kantor terbanyak.

"Kalau dulu di daerah Rasuna Said (Kuningan, Jakarta-red) tidak ada kantor BRI, sekarang sudah ada beberapa," kata Sofyan.

Menurut Sofyan, ada perbedaan antara karakter nasabah desa dengan nasabah perkotaan. Hal yang utama adalah besaran kredit yang diterima oleh masing-masing nasabah. Nasabah perdesaan umumnya mengambil kredit-kredit kecil, mikro kecil. Mereka mengambil kredit sesuai nilai yang menurut mereka cukup. Bahkan, banyak yang enggan diberikan jumlah pinjaman lebih besar dari bank.

"Saya tanyakan nasabah yang mengambil KUR Rp4 juta dan menyarankannya untuk mengambil KUR yang lebih tinggi, misalkan Rp8 juta, tapi mereka menolak. Menurut dia, jangka waktu 12 bulan saja sudah cukup lama, dan apabila mereka memiliki uang untuk menutup dalam 10 bulan dia sudah merasa untung. Sederhana sekali, karena lebih dari itu mungkin dia tidak terlalu mikir, begitulah di pedesaan," kata Sofyan.

Untuk masyarakat kota, dia membutuhkan kemudahan dan jawabannya adalah teknologi. BRI support penuh dengan fitur produk, ATM ditempatkan di mana pun. "Jadi, kami mencoba untuk memfasilitasi orang kota dengan gaya dan kebutuhan mereka. Di desa dengan gaya orang desa dan kebutuhan orang desa, jadi spesifik betul," tambah Sofyan.

Sofyan berusaha terus memberikan perbaikan pelayanan kepada nasabah. Terbukti, pelayanan yang ditawarkan BRI pun semakin memanjakan nasabah dalam tahun-tahun terakhir. Hal ini misalnya terlihat pada layanan ATM BRI yang memperlihatkan perkembangan signifikan antara 2005 dibanding 2010. ATM dulu hanya 30 fitur dan sekarang menjadi 124 fitur. Hal ini tentunya sudah sama dengan bank swasta, mereka fiturnya berkisar 100-120.

Ke depan, Sofyan berkeinginan agar BRI menjadi National Payment Agent terbesar, sehingga hampir seluruh masyarakat Indonesia bermutasi di BRI. Dia melihat potensinya sangat besar. Di daerah, BRI menjadi pemenang, hampir di semua daerah-daerah terpencil BRI masuk. Sofyan tidak hanya puasa dengan keunggulan di perdesaan. Dengan moto "melayani setulus hati dari desa sampai kota".

Artinya, BRI tidak akan hanya berhenti di desa, tetapi juga masyarakat kota sesuai dengan kondisi BRI sekarang yang sudah menjadi bank modern yang siap melayani siapa saja tanpa sekat apakah orang desa atau kota.

Sosok Motivator Karyawan

Di bawah kepemimpinan Sofyan Basyir, pelan tapi pasti BRI berubah menjadi bank terbaik dan terbesar di Indonesia. Bahkan selama enam tahun masa jabatannya, pria kelahiran Bogor, 2 Mei 1958 ini dinilai telah berhasil meningkatkan kinerja BRI ke arah yang lebih baik.

Kepiawaian Sofyan dalam memimpin BRI bukanlah isapan jempol semata. Faktanya, selama dia menjabat, beberapa keputusan strategis yang dibuatnya terbukti mampu membawa dampak baik bagi perkembangan BRI.

Salah satunya Sofyan mampu mengubah imej BRI sebagai bank desa menjadi bank terkemuka yang sejajar dengan bankbank besar lain. Kendati demikian, menurut Sofyan kesuksesan yang diraih BRI hingga saat ini bukan semata-mata atas inisiatif dan kerja keras dirinya maupun jajaran direksi saja, melainkan juga berkat kinerja yang baik dari segenap karyawan BRI.

"Tidak benar kalau semua pencapaian baik ini ada hanya karena dirut atau direksinya, sebab yang terjun langsung itu adalah karyawan. Jadi, mereka juga sangat berperan dalam kesuksesan ini," katanya pada SINDO.

Dia menilai peran dirinya sebagai pemimpin hanya sebagai penyemangat dan pemotivasi karyawan saja untuk dapat bekerja lebih baik dan giat. "Oleh karena itu, saya selalu melibatkan karyawan BRI dalam segala kegiatan dan gerakan kemajuan," ungkapnya.

Dengan konsep itulah, hingga saat ini Sofyan mengaku selalu rukun dengan serikat pekerja BRI dari Sabang sampai Merauke. Menurut dia, memang harus demikianlah konsep yang dilakukan dalam membangun semangat kerja karyawan, sehingga secara tidak langsung hubungan harmonis atasan dan bawahan akan tetap terjaga.

"Saya merasa bersyukur hingga kini komunikasi saya dengan serikat pekerja BRI bisa terjalin dengan baik," ujarnya.

Walaupun demikian, ketegasan Sofyan sebagai pemimpin juga tampak jelas terlihat dari upayanya untuk meyakinkan karyawan dalam menjaga aset yang dimiliki bersama. Misalnya dalam menghadapi masalah fraud, tanpa ampun dia akan langsung memecat dan menindak tegas karyawan yang dinilai melakukan kesalahan. Sebaliknya, dia juga akan mengapresiasi setiap karyawan yang telah bekerja dengan baik dan maksimal.

sumber

Rating: 4.5

Si Happy yang Ubah PT Pos dari Pola Birokrat Jadi Entrepreneur

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





Pada masa lalu hingga pertengahan era 1990-an, kantor pos menjadi satu tempat yang sering dikunjungi masyarakat. Pasalnya, kantor pos menjadi jembatan komunikasi masyarakat dengan sanak keluarga. Terlebih di saat perayaan hari raya, kantor pos selalu kebanjiran pengiriman kartu ucapan.

Selain sebagai lembaga yang bisa menghubungkan masyarakat, keberadaan kantor pos secara tidak langsung menumbuhkan budaya menulis di kalangan masyarakat, meski hanya menulis surat cinta atau surat lamaran.

Terlebih jika melihat kotak bus surat yang ada di tepi jalan. Nasibnya hanya menjadi tegakan besi kotak tanpa arti. Padahal, dulu keberadaan kotak bus surat sempat menjadi salah satu primadona bagi masyarakat yang lokasinya jauh dari kantor pos. Setidaknya, kantor pos dengan segala instrumennya pernah memiliki masa jaya. Kini seiring perkembangan teknologi, eksistensi kantor pos tinggal kenangan.

Tanpa harus menuding, kemajuan teknologi disebut-sebut menjadi salah satu penyebab kerugian yang dialami PT Pos Indonesia dalam enam tahun terakhir ini. Pada 2004, kerugian Pos Indonesia sebesar Rp235 miliar, pada 2005 Rp145 miliar, pada 2006 Rp131 miliar, dan terus terjadi sampai 2008. Inilah fakta dan kondisi yang harus dialami PT Pos Indonesia.

Namun, hal ini juga sekaligus tantangan terbesar yang harus dihadapi. Namun sejak 2009, saat gebrakan dilakukan Direktur Utama PT Pos Indonesia I Ketut Mardjana, perusahaan yang identik dengan pengiriman surat ini kembali mencatat keuntungan. Padahal, I Ketut baru masuk ke PT Pos Indonesia pada 25 Juli 2008.

Apa gebrakan I Ketut? Dia mencanangkan modernization and enpowerment, yaitu mengganti alat-alat yang kondisinya sangat rusak, seperti kendaraan operasional yang rata-rata usianya di atas 10 tahun.

"Pembenahan infrastruktur, saya lakukan seperti membangun VSAT di kota-kota kecil," kata I Ketut.

Awalnya untuk menjalankan gebrakan ini dibutuhkan dana yang cukup besar, tetapi hasil yang didapat juga cukup memuaskan. Gebrakan ini mendatangkan keuntungan dengan meningkatkan pendapatan jasa keuangan sampai 40 persen pada 2011. Artinya, dengan sistem online seluruh kantor pos, kerja perusahaan menjadi sangat efektif.

Dia juga melakukan perubahan mindset di kalangan karyawan. Perusahaan ini puluhan tahun lamanya menjadi perusahaan pemerintah yang serba disubsidi, sehingga ketika dituntut menjadi komersial perlu proaktif mengejar pasar.

"Pada awalnya mereka berpikir dari mana dananya. Tapi saya tetap lakukan.Kita upayakan berbagai cara, seperti dari sistem ownership, jadi sistem sewa," tambah I Ketut.

Hasilnya sangat mengejutkan. Biasanya biaya perusahaan terus naik, tapi pada 2008 justru mengalami penurunan hingga dua persen. Artinya, kendati PT Pos belum bisa mendorong peningkatan revenue, perusahaan pelat merah itu meningkatkan efisiensi.

"Sehingga keuntungan perusahaan saat itu mencapai Rp68 miliar di luar pajak," tukas I Ketut.

Nah, tahun ini pria asal Bali itu menetapkan sebagai awal entering a new era of Pos Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, hingga 2016 target pendapatan dipatok Rp10 triliun-Rp11 triliun. Bagi sejumlah orang ini mungkin mimpi, namun bagi I Ketut hal itu harus bisa diwujudkan.

Tahun ini pihaknya menargetkan pendapatan Rp3,7 triliun. Sebelumnya, pendapatan perusahaan mencapai Rp2,8 triliun. Tahun depan akan terus ditingkatkan sehingga target 2016 bisa tercapai. Tahun ini ditargetkannya kurir akan menangani surat PSO, sedangkan paket ditargetkan tumbuh 30 persen.

Dia juga akan melakukan bisnis e-commerce, di mana masyarakat desa bisa membeli barang-barang melalui PT Pos. Dia juga akan menjalin kerja sama dengan pos dari negara lain seperti Arab Saudi dan lainnya. Pihaknya juga akan mengembangkan logistik pedesaan.

Petani bisa memanfaatkan kiriman hasil pertanian menggunakan jasa pos. Secara garis besar, pihaknya akan melakukan pengembangan bisnis seperti anak perusahaan, melakukan perbaikan infrastruktur seperti perangkat pendukung, investasi, serta melengkapi SDM.

Bahkan, menurutnya bukan tidak mungkin Pos Indonesia akan menjadi investment holding. Tentang SDM, I Ketut menyatakan bahwa ini merupakan masalah krusial. Karena hampir 90 persen karyawan PT Pos Indonesia masih berpendidikan SMA. Dari sisi usia, pegawai yang berusia di atas 35 tahun mendekati 80 persen. Akibatnya, beberapa tahun terakhir, pihaknya pernah melakukan rekrutmen karyawan baru dan training pengembangan SDM.

Tak heran, ketika I Ketut dipercaya memegang kendali PT Pos Indonesia, dia langsung melakukan penataan SDM. Dia juga menumbuhkan budaya corporate baru. Dulu orang menganggap kerja atau tidak sama saja. Sekarang dia membangun basis pengelolaan manajemen yang berbasis kinerja.

Dengan slogan budaya baru "Cinta Pos" ada sejumlah budaya kerja yang digalakkan (seperti costumer orientation, integrity, networks, teamwork, accountable, professional, obsessed, and spiritual).

Dia juga memberikan enpowerment kepada pimpinan regional dan cabang untuk mengambil quick decision (pengambilan keputusan bisnis secara cepat). Hasilnya kini mulai mampu mengubah perilaku birokrat, menjadi entrepreneur.

I Ketut mengakui, bahwa saat ini perusahaan penyedia jasa keuangan, paket, dan logistik yang merupakan core bisnis PT Pos cukup banyak. Ini adalah kompetisi yang tidak bisa dielakkan.

Namun, dia bertekad memenangkan persaingan itu. Setidaknya, ada empat strategi prioritas yang akan dilakukan. Pihaknya akan kembali rebut market surat dan dokumen.

"Saat ini kita sedang membenahi sistem jaringan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Nanti akan kami bangun Operation Control Rol, di mana semua pergerakan surat, kantong kiriman pos, pergerakan kendaraan transportasi akan kita kontrol dari sistem tersebut," jelas I Ketut seraya berjanji akan menyajikan harga dan pelayanan yang kompetitif.

Ke depan, dia melihat semua bidang bisnis akan meningkat. Seperti surat masih tumbuh 14 persen. Walaupun surat personal turun, surat bisnis meningkat. Walaupun peningkatan jasa keuangan lebih besar dari jasa surat dan kiriman, bisnis jasa kiriman dokumen masih menjanjikan.

"Bisnis jasa keuangan menopang pendapatan cukup besar bagi PT Pos. Kita pun akan fokus menggarap logistik. Dalam jangka panjang, peran bisnis untuk ketiga core bisnis ini diharapkan berkembang. Setidaknya menguasai sekira 40 persen dari total revenue perusahaan," ujar I Ketut.

Di bawah kepemimpinannya, PT Pos akan merambah bisnis yang selama ini berada di luar core bisnis yang digeluti. Pada semester pertama tahun ini, pihaknya akan membentuk perusahaan properti. Hal ini untuk memanfaatkan gedung-gedung pos yang kurang efektif.

"Padahal, berada di tempat strategis. Terkadang lantai dua ke atas kosong. Nah, Lebih baik dimanfaatkan," tambah I Ketut.

Dia akan bekerja sama dengan pengelola properti, seperti perusahaan pengelola aset. Tahun ini dia akan bangun budget hotel yang ditargetkan bisa beroperasi pada 2013. Semoga saja, upaya I Ketut bisa mengembalikan PT Pos sebagai lembaga yang dibutuhkan masyarakat.

Jalani Rutinitas dengan Hati Senang

Mendapat amanat memimpin BUMN yang sedang rugi, tentu bukan pekerjaan mudah. Perlu tenaga, pikiran, dan ketekunan agar perusahaan tersebut kembali menorehkan keuntungan.

Namun demikian, Direktur Utama PT Pos Indonesia Dr I Ketut Mardjana seolah menikmati semua pekerjaan berat yang diembannya. Buktinya, selama dua tahun terakhir, pria kelahiran 18 Maret 1951 itu sukses menakhodai perusahaan tersebut.

Pada dasarnya, resep yang dipakai cukup lazim melekat dengan keseharian masyarakat umum, yaitu happy. Beban pekerjaan dengan aktivitas cukup padat, dikerjakan Ketut Mardjana dengan sukacita.

Dia tidak menjadikan pekerjaan sebagai beban hidup. Justru pekerjaan dijadikannya sebagai rekreasi yang menghibur. Dengan konsep itu,dia mengaku tidak terbebani, walaupun tugas berat sebagai dirut cukup menguras tenaga.

"Setiap orang punya beban, apalagi dengan tekanan kerja cukup tinggi. Tapi saya bawa dengan happy. Misalnya beberapa hari lalu, saya harus ikut rapat dari jam 8 pagi-6 sore di Jakarta, tiba di Bandung langsung rapat sampai pukul 01.00 WIB dini hari, pada tempat dan topik berbeda. Tapi itu harus saya lakukan dan saya bawa enjoy saja," kata dia.

Bahkan, saking enjoy-nya dengan rutinitas pekerjaan itu, lelaki yang berasal dari Bali itu tak sungkan menerobos kerumunan macet di ibukota karena ada rapat penting. Keluar dari kendaraan yang ditumpanginya, Mardjana menggunakan ojek untuk sampai ke tempat rapat.

Walaupun sekelas dirut, Ketut Mardjana menikmati perjalanan itu. Begitu pun ketika dia harus menyelesaikan tugas di Jakarta atau Bandung. Ketika orang lain masih terlelap, Ketut Mardjana sudah mulai beraktivitas. Setidaknya, bila ada rapat di pagi hari, dia harus berangkat pukul 03.30 WIB dini hari.

"Orang mengatakan Bandung-Jakarta itu jauh karena memakan waktu sekira dua jam. Tapi itu kita nikmati saja. Jangan kita pikirkan jauhnya," jelas dia.

Di tengah kesibukannya, Ketut selalu menyempatkan diri untuk turun ke bawah mendatangi kantor-kantor pos sampai ke pelosok meskipun harus menempuh ratusan kilometer dan kondisi transportasi yang terbatas. Hal ini dia lakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi lapangan yang sesungguhnya sekaligus untuk membuka komunikasi yang dekat dengan karyawan di lini bawah.

Bahkan, satu ketika dia pun menikmati pekerjaan tersebut ketika harus bersama-sama dengan pengantar surat mengendarai sepeda motor.

"Saya datang dan kasih motivasi mereka. Bagaimana pegawai pos harus berani berkomunikasi dengan pejabat daerah. Mereka harus berani bertemu lurah, camat, bupati, dan lainnya. Jangan sampai takut, karena ini bisnis. Bagaimana kita bisa mendapatkan bisnis ini. Dan hasilnya, kedatangan saya cukup memotivasi mereka," ungkap dia.

Tentu saja, di tengah kepadatan itu, doktor lulusan Monash University Australia yang selalu berpenampilan segar ini harus mengimbanginya dengan kesehatan fisik. Sesekali waktu, dia selalu menyempatkan olahraga, seperti jogging, bersepeda, atau main golf. Bagi dia, golf bukan sekadar mengasah fisik, melainkan juga mengembangkan jaringan bisnis.

Sebagaimana kata pepatah, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. "Di tengah kesibukan saya, banyak yang katakan saya tetap segar.Ini karena olah raga dan persepsi saya tentang pekerjaan selalu dibawa senang saja," timpal dia.

sumber

Rating: 4.5

Sang Pendekar Silat Merangkap Arsitek Inovasi

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





Dwi Soetjipto sejak 2005 ditunjuk sebagai direktur utama (dirut) PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Sampai sekarang sarjana teknik kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini dipercaya menjadi orang nomor satu BUMN tersebut.

Dalam kurun waktu itu, mantan Dirut PT Semen Padang (Persero), periode 2003-2005, ini mampu mencatat prestasi yang luar biasa. Selama lima tahun terakhir, revenue meningkat 64 persen dari Rp8,738 triliun tahun anggaran 2006 menjadi Rp14,344 triliun pada 2010.

Selain itu, growth profit meningkat 105 persen dari Rp3,328 triliun pada 2006 menjadi Rp6,810 triliun pada 2010. Adapun opening profit meningkat 122 persen dari Rp2,234 triliun menjadi Rp4,970 triliun pada 2010.

Bahkan, laba bersih ditambahkan kembali dengan beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (earning before interest, taxes, depreciation and amortization/EBITDA) meningkat 152 persen dari Rp1,779 triliun pada 2006 menjadi Rp4,489 triliun pada 2010.

Terakhir untuk net profit juga meningkat 180 persen dari Rp1,296 triliun (2006) menjadi Rp3,633 triliun pada 2010. Tentu saja prestasi tersebut tidak dicapai dengan mudah, tetapi penuh perjuangan, kerja keras, ketekunan, dan loyalitas yang luar biasa.

Di samping itu, tantangan dan persaingan yang dihadapi juga sangat berat. Namun, lewat berbagai inovasi dan strategi yang diterapkan Dwi, semua tantangan bisa dilalui. Dwi menghitung, pada 2010 berapa besar dampak secara perseorangan maupun kelompok atas inovasi yang digulirkan. Saat itu ada sekira 32 ide inovasi berbagai program kemajuan perusahaan. Dari yang bisa direalisasikan, ternyata mampu menghemat Rp350 miliar.

Awalnya banyak kalangan meremehkan program inovasi tersebut. Orang beranggapan bahwa tidak ada yang bisa dibuat dalam berinovasi di produk semen. Padahal, dijelaskan Dwi, banyak yang bisa dilakukan untuk berinovasi. Mulai dari inovasi bahan baku, proses hingga finansial.

"Kesemuanya itu merupakan bagian sinergi produksi. Dahsyatnya lagi, ada penambahan kapasitas produksi di PT Semen Gresik, PT Semen Padang, dan PT Semen Tonasa hingga tiga juta ton tanpa ada penambahan biaya (cost)," terang Dwi.

Padahal, kalau dihitung-hitung secara matematis, penambahan produksi hingga tiga juta ton semen setara dengan penambahan biaya Rp3,5 triliun. "Karena itu, jika tidak ada upaya menyinergikan pola pikir (mindset),hal itu tidak dapat dicapai," katanya.

Bahkan, Dwi optimistis kapasitas produksi perseroan akan meningkat 26,5 juta ton pada 2012. Karena itu, selain dibutuhkan sinergi, pihaknya harus mencari musuh bersama, yakni kinerja kompetitor. Tujuannya untuk membangun optimisme agar tercipta inovasi dalam bersaing.

Karena itu, untuk menggenjot produksi ada dua kunci utama,yakni sinergi dan inovasi. Dwi menilai, sering kali orang tidak bisa berprestasi karena kerap merasa sudah hebat. Baginya, orang hidup atau mengelola perusahaan harus menggunakan pedoman kurva S. Dari posisi awal hingga pertumbuhan dan sebelum turun harus membuat kurva S lagi. Begitu juga dalam posisi pertumbuhan yang baik, harus membuat kurva S lagi.

Itu harus dilakukan terus menerus. "Orang merasa hebat itu, kalau mindset-nya saat berada di puncak kurva S, tetapi tidak melakukan perubahan. Padahal, ketika pada posisi puncak, prestasi orang akan turun kembali bila tidak melakukan inovasi untuk tetap bertahan dalam pertumbuhan di kurva S," jelas Dwi.

Dwi menargetkan bisa mempertahankan market share 43-45 persen. Sementara dalam hitungan Dwi, PT Indocement sekira 30-31 persen, serta PT Holcim 14-15 persen.

Kendati menjadi pemain utama di industri semen, bukan berarti membuat Dwi puas. Sebab, tantangan ke depan perlu diwaspadai. Terlebih masuknya pemain-pemain semen dari luar negeri. Dalam waktu dekat ada beberapa pemain asing yang masuk ke Indonesia. Di antaranya dari China yang punya dana cukup besar.

Namun, Dwi tidak gentar dengan hal tersebut. Malah, dia menargetkan Semen Gresik akan terus berupaya mempertahankan leadership di pasar domestik. Bahkan, Dwi menargetkan menjadi leader di Asia Tenggara. Bukan hanya leader kapasitas, tetapi juga leader efisiensi," tegasnya.

Diplomasi ala Pendekar Silat
Siapa sangka, di balik kepiawaiannya meramu strategi dalam meningkatkan kinerja perusahaan, Direktur Utama PT Semen Gresik Dwi Soetjipto juga piawai menampilkan jurus silat.

Bahkan, menurutnya, strategi bela diri itu bisa diterapkan dalam dunia bisnis yang juga keras dan penuh tantangan. Olahraga yang identik dengan kaum lelaki itu sebenarnya sangat asing bagi Dwi ketika kecil. Pada saat itu dia jauh dari kesan berani, apalagi mau bertarung. Malah, Dwi tergolong anak yang cengeng. Hal ini salah satunya sangat mungkin disebabkan ibunya yang terlalu protektif. Sikap ibunya tersebut dilatarbelakangi untuk menjaga dia dan saudaranya yang kebetulan hanya dua bersaudara.

Tidak aneh jika sejumlah kegiatan yang menurut anak laki-laki wajar, tetapi untuk Dwi sering dilarang. Misalnya memanjat pohon atau berenang. Malah bertengkar menjadi hal yang paling "haram". Jika sampai ketahuan dia bertengkar, pasti dimarahi orang tua.

"Tidak peduli siapa yang benar atau salah,yang penting tidak boleh bertengkar," cerita Dwi kepada Seputar Indonesia (SINDO). Namun ketika di Surabaya, Dwi tinggal di daerah yang keras.

Lingkungan pendidikan yang dianut di dalam rumah berbeda dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Jika di dalam rumah cenderung dihindarkan dari hal-hal yang berbau kekerasan, di luar dia malah melihat langsung pergaulan yang keras. Maklum dia tinggal di dekat Tanjung Perak, tempat berbagai etnis di Indonesia berkumpul. Kerasnya pergaulan juga dilihatnya di lingkungan di sekolah.

Dia harus memberikan contekan kepada teman yang memintanya. Kalau tidak, kepalanya bisa dipukuli atau mengalami bentuk kekerasan lain. Suasana ini membuat Dwi tidak mau hanya berpangku tangan dengan hanya menjadi anak "baik". Dia berpikir tidak boleh selamanya menjadi anak yang selalu kalah.

"Akhirnya saya berpikir, kalau kalah terus bahaya. Maka saya pun belajar bela diri. Tujuannya untuk menutup kelemahan saya. Karena tubuh saya kecil, untuk menghadapinya saya harus belajar bela diri. Saya pilih silat karena cocok bagi orang kecil. Kalau karate postur tubuh sangat berpengaruh," kata Dwi.

Menurut Dwi, pada hakikatnya pertempuran terjadi di mana-mana. Hal ini juga terjadi dalam dunia kerja dan ketika bergelut dengan bisnis. Semua orang pun harus siap-siap menghadapi pertempuran yang hebat sehingga menurutnya dalam semua keadaan, termasuk dalam bisnis, diperlukan semangat pantang menyerah. Olahraga bela diri menurutnya bisa melatih sensitivitas seseorang terhadap sinyal-sinyal persaingan bisnis.

"Misalnya kalau di bela diri, lawan ke kanan kita bergerak ke kiri. Dan itu juga terjadi di bisnis. Untuk membaca itu diperlukan perhitungan yang cepat. Pesaing menerapkan programnya dengan sistem A, maka kita pun harus melawan dengan sistem B. Insting itu harus saya latih terus melalui kemampuan bela diri,” ujar Dwi mencontohkan filosofi bela diri dalam strategi bisnis.

sumber

Rating: 4.5

Ambisi Sang Dirut Sejajarkan BEI dengan Bursa Dunia

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





PASAR modal Indonesia saat ini semakin kuat dengan terus bertambahnya emiten yang mencatat namanya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di balik terus berkembangnya BEI, tentunya banyak orang yang bekerja di belakang layar sebagai tiang penopangnya.

Salah satu orang yang mempunyai peranan cukup besar dalam perkembangan BEI adalah Direktur Utama BEI Ito Warsito yang mulai menjabat sejak 2009 lalu.

Lelaki berkacamata yang lahir 51 tahun yang lalu ini memulai karirnya menjadi Staf Badan Akuntansi Keuangan Negara di Departemen Keuangan atau saat ini lebih dikenal dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada 1994. Sebelumnya, dia memulai pendidikan Strata 1 di Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN) jurusan akuntansi pada 1989.

Saat menjadi staf di Kemenkeu itulah, dirinya memperoleh beasiswa dari Harvard Business School. Dia mengenyam pendidikan di sana mulai 1992 dan lulus pada 1994.

"Di Kementerian Keuangan ada proyek pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu mengirim karyawan untuk sekolah di luar negeri. Tentunya yang dikirim berdasarkan seleksi," katanya memulai pembicaraan saat ditemui okezone di kantornya, BEI, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Diceritakannya, beasiswa yang diselenggarakan oleh Kemenkeu dan Harvard Bussiness School tersebut tidak semata-mata mengirimkan karyawan begitu saja. Pasalnya ada tes-tes khusus yang harus ditempuh. Baik itu The Test of English as a Foreign Language (TOEFL), GMath atau Gnome Mathematical Interface, dan juga tes Graduate Record Examination atau GRE yang merupakan tes standar yang diambil agar dapat masuk ke sekolah graduate di Amerika Serikat (AS).

"Dalam seleksi itu ada tes bahasa Inggris, namun saya boleh tidak tes itu karena dianggap sudah bagus bahasa Inggrisnya. Dan karena bahasa Inggris saya yang bagus itu, aku di kirim ke AS, dan memilih ke Harvard. Yang lain ada yang dikirim ke Kanada dan Inggris," tuturnya.

Sekembalinya ke Tanah Air setelah lulus dari Harvard Busines School pada 1994, Ito diminta oleh Kemenkeu untuk membantu merestrukturisasi Danareksa Sekuritas. Resturukturisasi tersebut berakhir pada pertengahan 1995 dan selanjutnya Ito menjabat sebagai Direktur Investment Banking Danareksa Sekuritas hingga 2001.

Selanjutnya, usai berkarir di Danareksa itu melanjutkan karirnya di Bahana Securities. Posisi yang dipegangnya selama di Bahana antara lain Direktur Investment Banking, Direktur Utama, dan Direktur Bahana Pembinaan Usaha Indonesia.

Perjalanan Menjadi Direktur BEI

Dia mengisahkan, dirinya tidak pernah bercita-cita untuk menjadi direktur utama pasar modal Indonesia. "Tidak pernah bercita-cita jadi Dirut BEI," katanya sambil tertawa.

Bapak dari dua putra dan putri ini mengisahkan jika dirinya terpilih berdasarkan voting dalam Rapat Umum Pemegang saham (RUPS) dengan hasil 79 suara sah dari 115 suara mengalahkan pesaingnya Direktur Utama PT Panin Sekuritas I Made Rugeh Ramia.

Saat dikonfirmasi apa suka dan duka menjadi orang nomor satu di BEI, dengan pasti Ito menjawab bahwa dirinya bukanlah orang yang gampang berduka. "Kebetulan aku orangnya tidak mudah berduka, semua harus dilihat dari sisi yang positif," jelasnya.

Maksudnya adalah dalam menghadapi permasalahan harus mengutamakan pemecahan masalah dengan mengandalkan pilihan apa yang dimiliki. Kemungkinan apa yang kita pilih dengan cara seperti itu pula lah yang menurutnya tidak akan menjadi berat. "Itu yang saya lakukan untuk kebaikan BEI, kalau prinsipnya sudah seperti itu tidak perlu lagi merasa berat," tuturnya.

Menjadi orang nomor satu di BEI tentunya amat lah sibuk. Dengan kondisi itu pula, dia mengaku jika tidak memiliki banyak waktu bersama keluarga tercinta. "Itulah kelemahanku sejak dulu. Lebih mengutamakan tugas yang menyangkut orang banyak daripada keluarga. Sehingga kepentingan keluarga menjadi nomor dua," katanya.

Harapan Untuk BEI

Lelaki yang juga menjadi pengurus Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memiliki keinginan bagi kemajuan BEI untuk masa yang akan datang. Salah satunya adalah menyejajarkan pasar modal Indonesia dengan bursa saham lain di dunia.

"Dalam bahasa gamblangnya menjadi bursa yang kompetitif dan berkelas dunia," katanya mantap.

Namun hal tersebut tentunya bukan menjadi pekerjaan mudah. Menurutnya banyak faktor yang harus dijadikan patokan agar cita-cita tersebut dapat tercapai. Seperti misalnya besarnya kapitalisasi pasar, basis investor, kualitas pelayanan baik untuk anggota bursa, investor maupun untuk masyarakat Indonesia secara umum.

Sehingga yang diinginkan adalah nantinya pasar modal Indonesia bisa bersaing dengan bursa di Tokyo, Hong Kong, Shanghai, dan juga New York Stock Exchange. "Bahkan dengan bursa di Jerman dan Inggris. Kita dengan Singapura masih kalah jauh. Tegaskan bahwa kita akan mengejar ketinggalan itu," tandasnya.

sumber

Rating: 4.5

Si Pembuat Kecap yang Tak Takut Ambil Risiko

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





NAMA Yuzaburo Mogi, pasti terasa asing di telinga Anda. Namun bila Anda mendengar kata Kikkoman, pasti sudah tak asing lagi, khususnya bagi para ibu tangga dan mereka yang doyan masak.

Ya, dia adalah CEO kehormatan dan ketua dewan direksi perusahaan Kikkoman. Perusahaan yang diklaim memberikan keamanan dan kenyamanan untuk konsumen dalam mengonsumi makanan Jepang setelah adanya kekhwatiran tentang keamanan produk makanan akibat bencana tsunami pada 2011.

Kendati bencana mengancam, Mogi kembali bangkit untuk mengejar kebijakan keselamatan dalam sebuah produk manufakturing, termasuk untuk mengonfirmasi dan mengusut asal usul bahan baku. Dirinya tak segan melakukan inspeksi secara sukarela demi keamanan para pelanggannya.

"Sebagai hasilnya, konsumen tidak akan ada masalah ketika menggunakan produk Kikkoman," kata Mogi seperti dikutip okezone dari majalah Forbes.

Mogi sendiri mulai bergabung dengan perusahaan Kikkoman pada 1958. Sudah lebih dari 50 tahun dia berkecimpung dalam pembuatan kecap dan bumbu dapur. Mogi pun mempunyai peranan penting dalam mendirikan pabrik pertama Kikkoman di Amerika Serikat (AS) yang berbasis di Wisconsin pada 1973. Di mana ini, hanya dalam rentang waktu tiga tahun saja ia berhasil meraup banyak keuntungan.

Walaupun dia berhasil membangun pabrik Kikkoman, Mogi terkenal rendah hati. Ia dinilai tidak pernah membanggakan keberhasilannya. Sosoknya pun terkenal sebagai sosok yang sederhana. "Saya hanya berpartisipasi," tuturnya merendah.

Keberhasilannya membangun Kikkoman di Amerika juga ternyata tidak membuat dirinya besar kepala. Ini terbukti dari hubungan pribadinya yang dekat dan mendalam dengan masyarakat di jantung Amerika tersebut. "Saya memiliki perasaan yang sangat ramah terhadap AS, terutama Wisconsin," kata Mogi.

Pada 2011 kemarin, Mogi yang telah 16 tahun menjabat sebagai presiden dan CEO Kikkoman ini sadar, kalau perusahaan yang dibangunnya adalah perusahaan yang memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat yang belum tersentuh sebelumnya.

"Saya melihat pergantian lebih dari sehari-hari manajemen perusahaan untuk generasi muda, tapi saya sadar akan kebutuhan untuk menciptakan permintaan yang sering, di mana tidak ada sebelumnya, seperti dalam kasus AS ini," imbuhnya.

Jangan Takut Ambil Risiko
Berangkat dari sana, dia pun memberikan beberapa masukan untuk para pengusaha agar tidak takut mengambil risiko ketika menjalankan usaha. Bahkan, jika gagal, jadikan kegagalan itu suatu pelajaran untuk terus berusaha lagi ke depannya. Hal ini dapat dilihat dari keberanian Mogi untuk bangkit setelah tertimpa bencana dalam bisnis makanan Jepang.

Dia juga mengatakan, dalam membuka usaha harus jeli melihat usaha yang banyak diminati atau banyak permintaan atas usaha itu. Sehingga ini akan memberikan nilai tambah yang tinggi.

"Menciptakan permintaan juga mencakup mengambil risiko, dan saran saya untuk laki-laki dan perempuan yang masih muda untuk merambah ke bisnis. Jangan takut untuk mengambil risiko, bahkan jika Anda gagal, Anda akan belajar dari kesalahan Anda," sarannya.

Perjalanannya bersama Kikkoman selama ini, bagi Mogi mengembangkan bisnis seperti di AS adalah peluang usaha yang besar di dunia. Karena dari pengalamannya, pasar di luar Jepang saat ini mencapai 45 persen dan 60 persen dari pendapatan di luar Jepang yang didapatkan dari kelompok Kikkoman.

"Kita dapat menerapkan model bisnis yang dikembangkan di Amerika Serikat di seluruh dunia," kata Mogi.

Dia pun mendapatkan pelajaran dari mengembangkan Kikkoman di AS, yakni pelajaran mengenai merendam daging dalam kecap sebelum dimasak. Berawal dari itulah, ternyata ide bisnis seperti ini juga dapat tumbuh di pasar Eropa dan bahkan 10 tahun ke depan Mogi optimistis permintaan kecap Kikkoman akan mulai tumbuh di negara lain seperti China dan negara lainnnya. "Kita juga bisa mendekati Amerika Selatan," tukasnya singkat.

Mogi juga optimistis ke depannya Kikkoman yang sangat berbau oriental ini akan memimpin di bisnis grosiran dan akan terus tumbuh sehingga akan menjadi bisnis terkemuka di banyak negara.

"Budaya makanan Jepang menjadi sangat populer di dunia, karena aman, sehat dan juga lezat. Kadang-kadang, makanan sehat tidak lezat dan makanan lezat tidak selalu sehat. Tapi makanan Jepang adalah makanan yang baik sehat dan lezat," pungkasnya.

sumber

Rating: 4.5

Yoris Sebastian, Pencipta Inovasi yang Out of Box

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





SETIAP orang bisa menjadi kreatif. Setiap orang bisa menciptakan inovasi. Selama mereka mau berusaha dan bekerja keras, semua kreativitas pasti akan muncul.

Tampaknya, hal tersebut ada dalam salah satu kepribadian anak muda yang penuh dengan kreativitas ini, Yoris Sebastian. Dialah pengusaha Indonesia yang selama ini dikenal bergerak dalam bidang industri kreatif.

Di saat anak-anak seusianya masih mengandalkan uang orangtua, saat masih duduk di bangku sekolah ia berjualan kaos meskipun dilarang oleh gurunya.

"Dulu saya jualan kaos dilarang, sekarang cuma kasih konsep sudah di bayar mahal," tawanya kepada okezone, beberapa waktu lalu.

Selepas kuliah di SMA Pangudi Luhur, ia pun memutuskan untuk magang di Majalah Hai. Di sanalah Yoris mulai berkecimpung dalam dunia kreatif.

Terlahir di Ujung Pandang, 5 Agustus 1972, diusianya yang ke-26 tahun pun Yoris sudah terpilih menjadi General Manager (GM) Hard Rock Cafe Indonesia. Dia pun diklaim menjadi GM termuda se-Asia dan termuda kedua di dunia.

Yoris-lah yang memperkenalkan program I like Monday di Hard Rock Cafe Jakarta pada 2003. Ketika semua tempat hiburan menitikberatkan pengadaan acara pada hari libur dan akhir minggu, Yoris mengadakan acara musik di hari Senin yang merupakan hari paling sepi kunjungan.

Dia juga membuat program bertajuk Destination Nowhere yang berarti Tujuan Tidak Kemanapun pada 2003. Sebuah acara jalan-jalan yang jadwalnya tidak disampaikan pada pesertanya.

Tampaknya, dia tidak ingin terus menerus menjadi "buruh" di perusahaan orang, selepas keluar dari Hard Rock, pada usia 34 tahun, ia mendirikan sebuah perusahaan konsultan kreatif Oh My Goodness (OMG) yang berdiri pada 1 April 2007.

Usahanya tersebut bergerak untuk menjual ide-ide kreatif kepada klien. OMG sendiri telah menjadi konsultan pengembangan bisnis konsep ruang rapat di antaraya fPod di fX Jalan Sudirman, Jakarta. Kemudian kreatif konseptor Rasuna Epicentrum yang mengusung konsep The Creative Capital of Jakarta.

Prestasinya pun tak hanya itu, dia juga menjadi event consultant Black Innovation Award 2009 dan International Young Creative Entrepreneur Award British Council Indonesia, pemasaran dengan konsep word of mouth untuk XL dan kosmetik Caring Colours, serta konsultan pemasaran kreatif film remaja Queen Bee (2009) dan Ketika Cinta Bertasbih (2009), hingga konsep bisnis inovatif untuk Avia Tour.

Yoris pun selalu dikenal dalam hal inovasi dan ide kreatifnya. Pria yang suka minum air putih ini menunjukkan konsistensinya dalam membuat ide-ide kreatif yang tidak biasa. Atau yang biasa dikenal juga sebagai berpikir out of the box.

"Ide kreatif akan segera berkembang bila dimulai dengan hal yang kecil (start small)," pungkas pria berkulit putih ini.

sumber

Rating: 4.5

Kiat CEO XL Hadapi Tantangan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





Menjadi pemimpin sebuah perusahaan besar tidaklah mudah. Salah satu contohnya adalah Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk (EXCL), Hasnul Suhaimi.

Dia menceritakan bagaimana dirinya ditantang untuk turut andil dalam membesarkan perusahaan telekomunikasi tersebut.

"Waktu itu saya ditantang, kalau dalam tiga tahun tidak bisa membesarkan XL, saya bisa dipecat," katanya sambil berkelakar saat berkunjung ke kantor Redaksi okezone akhir pekan ini.

Dia merasa tertantang dengan hal itu, akhirnya memiliki visi yang dia sebut visi 123. Visi yang pertama adalah menjadi perusahaan telekomunikasi nomor satu di Indonesia. Visi dua dan tiga adalah perusahaan selama tiga tahun harus bisa menjadi perusahaan nomor dua terbesar

"Memang susah, tapi semua harus bisa mencapai semuanya terutama dengan visi nomor satu," akunya.

Akhirnya semua itu terbukti. Tantangan tersebut membuahkan hasil. Namun, dia mengaku keberhasilan XL melalui masa sulit juga atas kerja sama tim. "Semua harus dukung, tim, manajemen, staff. Semua harus tertuju ke visi untuk menjadi perusahaan dengan kualitas nomor satu," tuturnya.

Meski saat ini XL sudah jauh berkembang dibanding pertama kali dia bergabung di perusahaan tersebut, namun dia mengatakan sejumlah tantangan masih akan menghadang. Salah satunya tren kebutuhan pelanggan. Jika pada tahun sebelumnya pendapatan XL mengacu kepada layanan telepon dan SMS, kini lebih kepada layanan data. "Tidak bisa dipungkiri, sekarang itu zaman instant messenging, Sementara penggunaan SMS lambat laun akan jauh berkurang. Kita tidak bisa menghindari fakta tersebut. Sekarang yang perlu dilakukan adalah menyiapkan antisipasi tersebut," paparnya.

Hasnul menyatakan, antisipasi itu antara lain adalah mematangkan fasilitas data atau 3G network. Berdasarkan trafik, pola kebutuhan data pelanggan meningkat signifikan menjadi 10,858 terabyte (TB) pada 2011, dari tahun sebelumnya yang hanya 2,749 TB. Secara persentase, kebutuhan fasilitas data pada 2011, tumbuh signifikan, yakni 61,1 persen (YoY). Kebutuhan fasilitas data juga memberikan kontribusi besar terhadap revenue, menjadi 22 persen dari 17 persen  dibanding tahun sebelumnya.

Pada tahun ini, XL pun akan semakin agresif mengembangkan data. Hasnul akan mengubah fokus yang awalnya lebih kepada business model menjadi data service.

Menurut dia, penggunaan data di Indonesia masih dalam fase yang rendah, seperti pada fasilitas pencarian data dan penggunaan jejaring sosial. "Namun ke depannya akan lebih banyak kepada suara dan gambar. Nah, kami tengah mempersiapkan potensi kebutuhan pelanggan tersebut," jelasnya.

Mengacu pada fokus tersebut, dia melakukan beberapa langkah, di antaranya merumuskan strategi pengembangan data, migrasi 2G menjadi 3G, dan terus menciptakan produk yang atraktif dan relevan bagi pelanggan.

Tren pertumbuhan kebutuhan fasilitas data ini, lanjut Hasnul, tidak lepas dari adanya pertumbuhan pendapatan per kapita yang terjadi di Indonesia. "Income per capita kita dari USD3.000 kini bertambah menjadi USD3.400. Ini mengalami pertumbuhan yang signifikan," tambah dia.

Peningkatan ini membuat pola konsumsi pelanggan menjadi berubah. Jika sebelumnya hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan primer, kini sudah merambah kepada pemenuhan kebutuhan primer.

"Implementasinya, kalau dulu orang beli handphone hanya untuk telepon dan SMS, kini sudah bisa membeli yang ada akses internetnya, sudah bisa membeli smartphone yang bisa main game, tablet dan laptop, yang variasi kontennya juga terus berkembang," papar dia.

Tidak main-main, XL mengalokasikan dana belanja modal (capital expanditure/capex) senilai USD7-8 triliun atau 60 persen dari total revenue yang dikantonginya.

sumber

Rating: 4.5

Cek Online Tagihan Listrik