Jual Kamboja Kering Dan Basah

Pohon kamboja, khususnya kamboja berbunga putih (Plumeira alba), masih dipandang sebelah mata. Sebab, kebanyakan tanaman ini tumbuh di kuburan. Tidak jarang, orang menyebutnya sebagai bunga kuburan. Bunganya yang telah dikeringkan, lantas ditumbuk halus, banyak dipakai sebagai bahan baku wewangian, kosmetik, industri kerajinan dupa, spa, serta teh herbal. Untuk harga perkilo, kami tidak mematok harga paten dikarenakan harga yang tidak stabil dan berubah sewaktu-waktu. Jika anda berminat, silahkan hubungi kami atau jika anda ada di Banjarmasin, bisa datang langsung ke tempat kami.
Dikirim oleh : Kamboja Kering, banjarmasin, 081334232727 | Kunjungi Website

Dijual Rumah ada sarang Walet-Tulungagung

Dijual Rumah Murah ada sarang Walet lengkap Dengan Instalasi Speaker, lb 90m2 sarang walet 3x7m diatas ada kolam, rumah monyet untuk walet 2x2m. Harga 175juta tanpa perantara Bila ada yang berminat langsung hubungi kami
Dikirim oleh : Rumah Murah, Bangoan kedungwaru Tulungagung, 081351015777 | Kunjungi Website

Profil Biografi Ki Hajar Dewantara

Biografi yang akan diketengahkan kali ini adalah tentang profil biografi Ki Hajar Dewantara yaitu seorang pahlawan pergerakan Nasional dan pelopor pendidikan di Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di kota Yogyakarta dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.


Beliau lahir dari lingkungan kraton Yogyakarta dan berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara pada saat umurnya menginjak 40 tahun. Dengan penggantian nama tersebut beliau berharap agar lebih dekat dengan rakyat. Ki Hajar Dewantara bersama dr. Cipto Mangoenkoesoemo dan Dr. Danudirdja Setyabudhi (Douwes Dekker) mendirikan Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Mereka mendaftarkan Indische Partij untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 11 Maret 1913 menolak pendaftaran tersebut dengan alasan karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian pada November 1913 Ki Hajar Dewantara pun ikut membentuk Komite Bumipoetra dan mengkritik Pemerintah Belanda yang akan merayakan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai perayaan tersebut.

Ki Hajar Dewantara mengkritik melalui tulisan yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda menjatuhkan hukuman internering atau hukum buang ke Pulau Bangka. Kemudian Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo menerbitkan tulisan yang bernada membela Ki Hajar Dewantara. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya Douwes Dekker dibuang ke Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.

Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya sejak Agustus 1913 mereka diijinkan ke Negeri Belanda sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Ki Hajar Dewantara berhasil memperoleh Europeesche Akte. Kemudian pada tahun 1918 ia kembali ke tanah air dan mencurahkan perhatian di bidang pendidikan.

Bersama rekan-rekan seperjuangannya, Ki Hajar Dewantara pada 3 Juli 1922 mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa). Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Beliaupun juga rajin menulis dengan tema pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah dan melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.

Setelah kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).

Cek Online Tagihan Listrik