Pohon kamboja, khususnya kamboja berbunga putih (Plumeira alba),
masih dipandang sebelah mata. Sebab, kebanyakan tanaman ini tumbuh di
kuburan. Tidak jarang, orang menyebutnya sebagai bunga kuburan.
Bunganya yang telah dikeringkan, lantas ditumbuk halus, banyak dipakai
sebagai bahan baku wewangian, kosmetik, industri kerajinan dupa, spa,
serta teh herbal.
Untuk harga perkilo, kami tidak mematok harga paten dikarenakan harga
yang tidak stabil dan berubah sewaktu-waktu. Jika anda berminat,
silahkan hubungi kami atau jika anda ada di Banjarmasin, bisa datang
langsung ke tempat kami.
Memilih jenis kelamin anak
semata-mata hanya berdasarkan dongeng rakyat dan kerap kali mencerminkan stereotype seksual. Sebagai contoh, sang ibu makan makanan yang manis-manis supaya anaknya perempuan atau sang ayah melakukan senggama dengan memakai sepatu bot supaya punya anak laki-laki.
Dalam dasawarsa terakhir ini, suatu penelitian yang sangat menarik menghubungkan pengaturan senggama yang tepat dengan jenis kelamin bayi. Walaupun demikia, nilai informasi bagi pasangan yang menginginkan anak laki-laki atau anak perempuan masih tetap terbatas.
Sebuah pasangan yang ingin punya anak laki-laki dapat meningkatkan kemungkinan berhasil dengan tidak melakukan senggama beberapa hari sebelum ovulasi, dan pasangan yang menginginkan anak perempuan harus berpantang senggama sampai tepat sesuadah ovulasi. Sayangnya, penggunaan cara ini mengurangi keseluruhan untuk dapat hamil. Meningkatkan kemungkinan punya anak laki-laki dari 50 sampai 60 persen mungkin berakibat perlunya waktu lima tahun untuk bias tahu.
Beberapa buku dan artikel popular mengaku bias memberikan cara yang dapat diandalkan dalam Memilih jenis kelamin anak. Cara ini berdasarkan karya Dr. Landrum Shettles dan mencakup petunjuk tentang pemilihan waktu senggama yang tepat, penggunaan douche, posisi tubuh dalam bersenggama, serta saran tentang boleh atau tidaknya wanita mencapai orgasme. Hasil karya Dr. Shettles berdasarkan data inseminasi buatan, dan oleh karenanya tidak mengherankan kalau pengukuhan ilmiah bagi teorinya belum bias diberikan.
Namun, melalui teknologi preimplantation genetic diagnosis (PGD), tak hanya penyakit keturunan yang dapat dieliminasi, tapi jenis kelamin janin pun dapat dipilih. Harganya juga kian terjangkau.
Teknologi diagnosis genetika tidak hanya menguntungkan untuk mendeteksi dan mengatasi penyakit yang diwariskan secara genetis. Teknologi canggih ini sekaligus mewujudkan impian memperoleh buah hati dengan jenis kelamin tertentu.
Pemilihan jenis kelamin bayi adalah satu dari beberapa teknologi yang dikembangkan untuk membantu proses pembuahan. Dr. Jeffrey Steinberg yang mendalami teknologi PGD di Fertility Institute, Los Angeles, Amerika, telah menangani beberapa klien dan hasilnya terjamin hamper 100%. Dengan harga 18.480 dolar Amerika, orang tua dapat memilih jenis kelamin janinnya.
PGD dimulai dengan proses pembuahan diluar rahim, yang dikenal dengan istilah in vitro fertilization (pembuahan di cawan petri). Setelah pembuahan sukses dilakukan, dokter akan menyeleksi calon embrio yang telah dikembangkan, juga, dalam cawan petri. Tentu saja yang dipilih embrio yang sehat, yang tidak membawa gen penyakit keturunan.
Teknologi IVF (in vitro fertilization) adalah proses pembuahan di luar rahim yang biasa dilakukan pada prosedur bayi tabung. PGD hanya satu dari beberapa teknologi tingkat tinggi serupa yang hingga kini masih jauh lebih mahal dan tingkat keberhasilannya lebih rendah. Baik PGD maupun metode micrisort dan Ericsson merupakan teknologi genetika tingkat molekul.
Untuk tujuan menyeleksi jenis kelamin, proses diatas ditambah dengan memilih embrio yang menbawa gen jenis kelamin yang diharapkan, laki-laki atau perempuan. Embrio yang membawa gen jenis kelamin yang tak sesuai dengan keinginan orangtua tak dipilih dan tidak diimplementasi kedalam rahim. Jadi keuntungan teknologi ini, dengan satu kali proses, dua tujuan dapat dicapai. Embrio yang sehat dan jenis kelamin sesuai kehendak.
PGD memang memberikan harapan baru bagi orangtua yang hendak mengoreksi penyakit keturunan agar tidak diwariskan pada generasi berikutnya. Tetapi, prosedur dalam PGD sekaligus dipertanyakan secara etis kedokteran. Mereka yang kontra mempertanyakan dokter yang bertindak “seperti Tuhan”. Itu sebabnya, program PGD ini hanya dipraktekkan di beberapa klinik di Amerika.
Bagaimana dengan di Indonesi? Menurut Dr. Herawati Sudoyo, PhD., Eksekutif Menejer Lembaga Eijikman, Jakarta, teknologi identifikasi gen jenis kelamin sudah ada di Indonesia, tetapi penggunaannya lebih pada urusan forensic. Teknologi screening untuk melihat apakah embrio membawa gen penyakit keturunan, seperti Thalasemia, Down Syndrome, juga sudah ada, namun langkah selanjutnya kami serahkan keputusannya kepada calon orangtua.
Dr. Hera mengakui, tak seperti Negara maju, riset teknologi genetic pada manusia di Negara kita masih dilakukan secara hati-hati. Penyebabnya, selain factor biaya mahal, yak arena pertimbangan etis yang selalu mendapat sorotan tajam itu.
Tapi pada akhirnya, sebagai kesimpulan, sekarang ini belum ada cara yang dapat diandalkan untuk menetapkan sebelumnya jenis kelamin anak. Maka penting sekali bagi setiap pasangan untuk menghargai jenis kelamin apapun. “laki-laki atau perempuan sama saja!” Kalau Anda bisa bersikap demikian, selebihnya terserah kepada karunia Allah SWT.
Rating: 4.5
