Jual Kamboja Kering Dan Basah

Pohon kamboja, khususnya kamboja berbunga putih (Plumeira alba), masih dipandang sebelah mata. Sebab, kebanyakan tanaman ini tumbuh di kuburan. Tidak jarang, orang menyebutnya sebagai bunga kuburan. Bunganya yang telah dikeringkan, lantas ditumbuk halus, banyak dipakai sebagai bahan baku wewangian, kosmetik, industri kerajinan dupa, spa, serta teh herbal. Untuk harga perkilo, kami tidak mematok harga paten dikarenakan harga yang tidak stabil dan berubah sewaktu-waktu. Jika anda berminat, silahkan hubungi kami atau jika anda ada di Banjarmasin, bisa datang langsung ke tempat kami.
Dikirim oleh : Kamboja Kering, banjarmasin, 081334232727 | Kunjungi Website

Dijual Rumah ada sarang Walet-Tulungagung

Dijual Rumah Murah ada sarang Walet lengkap Dengan Instalasi Speaker, lb 90m2 sarang walet 3x7m diatas ada kolam, rumah monyet untuk walet 2x2m. Harga 175juta tanpa perantara Bila ada yang berminat langsung hubungi kami
Dikirim oleh : Rumah Murah, Bangoan kedungwaru Tulungagung, 081351015777 | Kunjungi Website

Obsesi Sang Penggila IT Besarkan Commonwealth Bank

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


DUNIA perbankan dan kemajuan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang bersisian. Bagaimana tidak, seiring dengan kemajuan teknologi, masyarakat modern juga dituntut untuk dapat menyelesaikan transaksi keuangan secara cepat dan mudah. Kapanpun dan dimanapun dia berada.

Tanggung jawab itu menjadi obsesi dan pekerjaan Johmar Gazo, Chief Technology Officer di Commonwealth Indonesia. Dalam perbincangan khususnya dengan okezone beberapa waktu lalu, Johmar bicara blak-blakan tentang karir, mimpi, dan kepribadiannya.

"Saya bergabung di Commonwealth Bank Australia (CBA) sejak tujuh tahun yang lalu, dan sejak empat tahun yang lalu menjabat sebagai general manager IT dan bertanggung jawab dalam mendukung proyek di India, Indonesia, Hong Kong, dan China," ungkap Johmar saat memulai perbincangannya.

Besar di Filipina tetapi berkewarganegaraan Australia, laki-laki berusia 39 tahun ini mengaku sudah lama tertarik dengan segala seluk beluk IT. Dunia IT, menurutnya, sangat nyata, cepat berubah dan memiliki potensi bisnis yang besar.

"Sudah semenjak lama saya bergelut di dunia IT, financial services dan teknologi di perbankan di beberapa negara seperti Malaysia, Hong Kong, dan Amerika Serikat (AS). Setahun lalu saya ke Indonesia, dan di sini ternyata tidak berbeda jauh dengan di Filipina, my home town (asalku)," tambah Johmar.

Meskipun saat kuliah dia pernah ragu untuk memilih arsitektur atau IT sebagai bidang yang akan digelutinya, Johmar tak pernah menyesal. Dia mengawali karier profesionalnya sebagai Technology Consultant di IBM pada 1994-1997 ini mengaku sampai saat ini masih terus belajar dan mengembankan kemampuannya di bidang IT. Ini juga yang menjadi rahasia suksesnya selama ini.

"Dunia IT membuat segala sesuatu terasa jadi real, IT juga membuka banyak kesempatan dan didalamnya tersimpan bisnis yang masih sangat besar," papar dia.

Sesuai dengan fokus bisnis Commonwealth Bank yang berpusat di Australia, Johmar menyebut bahwa tahun ini strategi bisnis mereka adalah memposisikan diri pada kepuasan nasabah terutama di kalangan wealth management, small medium enterprises, dan wholeshale.

"Karena pertumbuhan nasabah dan bisnis yang besar, maka kami harus meningkatkan infrastruktur, network, bandwith. Selain itu juga perkembangan mobile technology," papar Johmar yang mengaku suka bermain basket, fotografi dan volly di waktu luangnya ini.

Saat ini, Johmar mengaku bahwa dirinya sedang mengembangkan sistem baru pengembangan IT yang kerap disebut cloud computing. Dengan gamblang, Johmar menjelaskan secara awam apa dan bagaimana sistem ini bekerja.

"Ibarat sebuah kotak tempat penyimpanan, ketika kapasitasnya  sudah penuh, dia akan membutuhkan kotak-kotak lain yang lebih besar. Cloud computing akan membuat semacam tempat penampungan yang lebih besar dengan kemampuan yang setara bahkan lebih besar dari kumpulan kotak-kotak yang lama itu," jelas dia.

Meskipun Johmar enggan menyatakan berapa angka yang harus ditanamkan Coomonwealth Bank untuk mengadopsi sistem ini ke dalam usaha mereka, dia memastikan bahwa sistem cloud ini adalah sesuatu yang baru di Indonesia.

"Di Indonesia masih dibilang baru, bahkan bisa dikatakan hanya kami di perbankan yang sudah menggunakannya. Sistem cloud computing ini bekerja bukan hanya di hardware saja, tetapi juga di sistem," tambah Johmar yang sebelumnya pernah menjabat sebagai General Manager di Internasional Financial Services di 1997 sampai 2004 ini.

Selain itu, Johmar juga mengaku sedang mengembangkan sebuah mobile application yang akan semakin memudahkan nasabah Commonwealth Bank di Indonesia yang memiliki populasi besar.

"Kita akan terus mengembangkan keamanan dan kenyamanan pelanggan kami dengan mobile technology. Kami sedang membahas bagaimana agar ke depan, mobile aplikasi kita dapt digunakan sebagai alat pembayaran (bill payment)," jelasnya.

Johmar membayangkan, mobile aplikasi yang saat ini sedang dikerjakannya dapat digunakan sebagai invesment mobile yang dapat digunakan sebagai alat transaksi atau pembayaran semata, tetapi juga untuk berinvestasi seperti reksa dana. Maklum, bank asal Austaralia ini memang saat ini sedang memiliki program CommWay yang memungkinkan nasabah yang ingin menabung sekaligus berinvestasi.

"Kita juga akan terus mengamankan dan menyamankan transaksi nasabah lewat token. Token yang dipegang nasabah Commonwealth, dilengkapi dengan PIN dynamic yang hanya bisa digunakan sekali saja untuk menghindari fraud," jelasnya.

Dengan penduduk Indonesia yang mencapai 200 juta, Indonesia masih menjadi pasar yang potensial bagi segala macam perkembangan bisnis, termasuk diantaranya layanan perbankan. Menawarkan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan nasabah dalam bertansaksi, sesuai dengan misi Commonwealth Indonesia, Johmar yakin, transaksi keuangan lewat mobile akan terus berkembang.

"Kita ingin nasabah menggunakan mobile application semudah menggunakan SMS. Oleh karenanya, dalam waktu dekat, kami juga akan memasukkan teknologi yang memungkinkan transaksi keuangan lewat social media seperti Facebook," janjinya.

sumber
Rating: 4.5

Diawali Iseng, Coffee Toffee Kini Beromzet Hingga Rp140 Juta

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





SESUATU bisa menjadi besar memang harus dimulai dari nol, tidak ada pengecualian. Contoh paling nyata usaha yang dibangun dari nol adalah usaha yang dilakukan bersungguh-sungguh pada akhirnya akan menjadi besar.

Begitu pula dengan kedai kopi "Coffee Toffee" yang saat ini menjamur hampir di seluruh kota besar di Indonesia. Siapa sangka, jika kedai tersebut hanya berawal dari iseng dan mimpi.

Tepatnya enam tahun yang lalu, saat masih kuliah di negeri Kangguru, Obi Anindito senang menghabiskan hari-harinya bekerja di sebuah kedai kopi yang terkenal di dunia. Saat bekerja itulah, dirinya merasa kopi yang digunakan oleh gerai tersebut berasa dari Indonesia.

Melihat hal tersebut, dirinya merasa tergugah, mengapa bukan orang-orang Indonesia yang seharusnya menikmati kopi-kopi enak asal Indonesia.

"Coffee Toffee founder-nya Pak Obi Anindito. Tepatnya 2006 silam," kata PR and Promotion Manager Coffee Toffee Mika Afandy saat berbincang dengan okezone.

Dari situlah, ketika sudah tidak bekerja di kedai ternama tersebut, Obi memutuskan untuk belajar mengenai seluk beluk kopi. Dari mulai bertandang ke PT Perkebunan Nusantara 12, serta berkeliling mencari biji kopi pilihan.

Modal awalnya kala itu bisa dibilang besar untuk ukuran mahasiswa. Modal yang diperoleh dari pinjaman sana sini tersebut akhirnya terkumpul sebanyak Rp5 juta.

"Awal banget modal Rp5 juta. Karena di awal kan hanya berbentuk gerai dengan konsep take away, take away," akunya.

Ternyata, sistem take away tersebut tidak berlaku di kultur Indonesia yang menikmati kopi sambil santai dan ngobrol. Pada 2008, menjadi tahun terberat bagi Coffee Toffee lantaran penjualan yang merosot bahkan selama tiga bulan berturut-turut tidak mampu menggaji para pegawainya. Selain itu, banyak gerai yang berangsur-angsur tutup karena sepinya pembeli. Berangkat dari situ, manajemen mulai berfikir, apa yang harus dilakukan.

"Kita tahu, bukan kopi Indonesia yang salah. Tapi kita yang terlalu idealis bikin sistem take away. Akhirnya kita buatlah tipe baru," ujarnya.

Adapun di 2008, selain merupakan tahun terberat juga merupakan tahun bangkitnya Coffee Toffee. Manajemen mulai berbenah diri memperbaiki keadaan. Dibukanya gerai-gerai dengan gaya coffee shop atau dine in coffee shop. Siapa sangka, ternyata ide baru ini menuai apresiasi dari pecinta kopi.

"Dan sekarang, sudah 114 gerai yang kita buka. Kalau dihitung dengan awal yang sudah pernah buka lalu tutup ada sekira 148 gerai," akunya lagi.

Untuk mendapatkan kopi nikmat yang disajikannya, Coffee Toffee memang tidak perlu susah-susah. Banyak wilayah di Indonesia yang menghasilkan biji kopi pilihan seperti Bali, Sumatera, Jawa serta Sulawesi. Menurutnya, gerai kopi impor yang saat ini menjamur juga menggunakan kopi yang sama. Namun, dia berani bertaruh, dengan rentang harga yang jauh, namun rasanya mirip.

"Kalau untuk resep kita tidak meniru, karena kan mereka punya hak paten. Kita coba-coba sendiri," tuturnya.

Coffee Toffee Masa Kini

Kini, Coffee Toffee tidak perlu khawatir, dari 33 minuman kopi andalan, dari awalnya 16 jenis, saat ini setidaknya sudah mampu meraih banyak pelanggan. Omzet yang diterima juga tidak main-main setiap bulannya.

"Kalau untuk gerai paling kecil Rp60 juta-Rp140 juta per bulan. Padahal dulu hanya Rp200 ribu per hari atau sekira 15 pelanggan saja," akunya.

Kini, Coffee Toffee semakin ramai lantaran siapapun bisa turut andil dalam membangun bisnis kedai kopi ini dengan cara waralaba. Coffee Toffee yang sudah resmi menjadi Perusahaan pada 2011 lalu dengan nama PT Coffee Toffee Indonesia ini menawarkan harga Rp250 juta untuk setiap gerai dengan ukuran paling kecil.

"Saat ini yang kita punya sendiri ada empat di Surabaya dan satu lagi di Jakarta," katanya.

Ekspansi ke Luar Negeri

Tidak bisa dipungkiri jika permintaan akan kopi terus berkembang dari masa ke masa. Buktinya, Coffee Toffee mulai banyak dilirik bahkan hingga ke negara tetangga.

"Malaysia dan Singapura sudah minta dari 2011. Singapura dari Singapore tourism board. Tapi diawal kita tujuannya emang bikin orang Indonesia negrasain kopi sendiri," tuturnya menjelaskan.

Saat ini manajemen mengakui jika akan memfokuskan gerai yang ada di dalam negeri. Caranya adalah sejak tahun lalu berhenti untuk membuka gerai dengan sistem waralaba. Alasannya ingin meningkatkan mutu dari gerai yang sudah ada.

Terakhir dia juga memastikan, jika Coffee Toffee akan berhenti di gerai ke-250. Saat ini, Coffee Toffee sedang membidik pasar dengan tingkat konsumen yang menjajikan seperti kawasan Indonesia Timur serta Bali.

"Lima tahun ke depan, kita akan setop 250 gerai. Riset kita jenuhnya di 250. Karena 114 kita belum jangkau Papua," tandasnya.

sumber

Aburizal Bakrie Sempat Dipandang Sampah

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





SETIAP pengusaha pasti mempunyai cerita tersendiri selama membangun usahanya. Suka duka selama menjalankan suatu perusahaan menjadi kisah menarik tersendiri bagi mereka.

Seorang pengusaha yang sudah sukses pun seperti tak pernah bosan untuk terus menggali kemampuan diri mereka dalam menjalankan bisnisnya. Berbekal naluri berbisnis, serta tekad dan kemauan yang keras, mereka pun meraih apa yang sudah menjadi keinginannya.

Begitu pula dengan konglomerat terpandang di Tanah Air, Aburizal Bakrie. Kendati lebih banyak cacian yang menghinggap di dirinya, namun dengan gayanya yang santai, pria yang akrab disapa Ical ini sukses membangun kerajaan bisnisnya.

Namun, bukan orang sukses namanya bila tak pernah merasakan pahitnya dalam membangun kesuksesan. Siapa sangka, pengusaha nasional yang pernah tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia tersebut, ternyata pernah mengalami kejatuhan yang sangat dalam.

Pada 1998, ketika krisis ekonomi melanda dunia, dia mengalami kerugian luar biasa sehingga dililit utang triliunan rupiah. Padahal, kala itu, aset yang dia dimilikinya hanya miliaran rupiah saja. Perbankan yang tadinya sangat menghormati dia, tiba-tiba memandang dia seperti sampah.

Hal itu terungkap dalam ceramah motivasi sukses yang disampaikan Ical, di hadapan 250 mahasiswa dan segenap civitas akademika Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Mansur Pandeglang Banten, akhir pekan lalu.

"Jangan pernah lari dari kesulitan. Kita diuji dengan kisah sukses dan gagal. Dan setiap kesulitan itu harus dihadapi,” ujar pria kelahiran 15 November 1946.

Seperti yang dilakukannya, kata Ical, dia menghadapi masa sulit tersebut dengan tenang, sampai akhirnya dia bisa bangkit lagi seperti saat sekarang. Apa yang membuatnya bangkit, karena dia teringat dengan nasehat ayahnya.

"Membayar utang tidak akan membuat miskin. Kalau tidak bisa bayar utang dengan duit, maka bayar dengan saham, atau surat berharga," ujarnya.

Untuk menunjukkan komitmennya itu, Ical pun menyerahkan semua sahamnya sehingga yang tersisa cuma 2,5 persen. "Ibu saya menjadi sangat sedih karena sesuatu yang sudah dibangun oleh ayah saya sekarang dimiliki oleh orang lain," kisahnya.

Ical juga mengubah gaya hidup. Dia yang tadinya biasa bepergian dengan pesawat pribadi sekarang naik pesawat kelas ekonomi. Dia pun mengajak mahasiswa untuk menanamkan mimpi setinggi langit, tapi kaki tetap berpijak di atas bumi.

"Tanamkanlah keinginan untuk selalu menjadi nomor satu dan menjadi yang terbaik. Tapi kalau impian belum tercapai tidak boleh patah semangat, harus terus berjuang. Kalau adik-adik berusaha menjadi yang terbaik, maka objektif kita ke depan menjadi yang terbaik," ujar Ical pasti.

Ayah tiga anak ini mengingatkan para mahasiswa untuk tidak membiarkan diri memelihara pesimisnya. "Mesti berani berpikir besar. Kalau kita berpikir susah maka susah beneran. Jangan pernah membiarkan diri berada di tempat gelap karena bayangan pun tidak akan menemani kita," ujarnya mengingatkan.

Pengusaha nasional ini memompa semangat para mahasiswa untuk berani menjadi seorang enterpeneur, wirausaha. Untuk memulai usaha tidak harus dengan modal sendiri. Bisa juga dengan memanfaatkan jasa perbankan. Sekarang ada program KUR dari BRI, pinjaman tanpa agunan.

"Uang itu harus bisa beranak-pinak. Yakinkan orang yang punya uang bahwa Anda bisa mengelola usaha yang Anda jalankan dan meraih keuntungan. Sekarang ada program KUR, pinjaman tanpa jaminan. Ingat, kita tidak pernah miskin dengan membayar utang ke bank,” nasehatnya pasti.

Dalam kunjungannya ke perguruan tinggi Islam di Pandeglang itu, Bakrie Untuk Negeri menyerahkan sumbangan tiga buah laptop kepada mahasiswa berprestasi dan 100 eksemplar buku "Anak Sejuta Bintang" yang berisi kisah inspiratif yang diilhami dari kehidupan Aburizal Bakrie. ARB juga meresmikan gedung Sentra Wirausaha STAINMAN Pandeglang.

Sekadar informasi, harta anak sulung dari keluarga Achmad Bakrie ini mengalami penurunan drastis terhadap hartanya. Padahal di 2010, Ical menduduki peringkat 10 jajaran orang terkaya dengan kekayaan sebesar USD2,1 miliar atau setara 57 persen.

Namun pada 2011, bos grup Bakrie tersebut harus puas menduduki peringkat ke-30 dengan kekayaan sebesar USD890 juta. Menurunnya kekayaan pria yang akan mencalonkan diri sebagai presiden di 2014 ini, karena terpaksa menjual sebagian sahamnya di PT Bumi Resources Tbk (BUMI) untuk membayar utang.

Miliarder batu bara yang dinobatkan majalah Forbes menjadi orang terkaya keempat se-Indonesia ini sahamnya meroket, dan membuat dirinya kembali mendapatkan status miliarder pada tahun itu, setelah pada 2008 hampir kehilangan masa keemasan dalam krisis kredit global.

sumber

Rating: 4.5

Menelusuri Karir Sukses Bos McDonalds

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





SETELAH melayani hampir sepuluh tahun di Angkatan Laut Amerika Serikat, Jim Skinner memulai karirnya dengan McDonald pada 1971 sebagai manajer restoran trainee pada Carpentersville, Illinois. Kinerjanya yang cemerlang membuatnya cepat bergabung dengan unit bisnis perusahaan di Amerika Serikat (AS).

Mengutip Reuters, Skinner masuk tim manajemen internasional McDonald di 1992. Saat itu, dia merupakan wakil ketua yang  bertanggung jawab atas operasi McDonald di Asia, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin. Dia menjabat jabatan itu sampai akhirnya dia dipromosikan menjadi CEO.

Pada tahun itu, terjadi tiga kali pergantian CEO. Sebelumnya, Chief Executive McDonald Jim Cantalupo meninggal karena serangan jantung pada bulan April 2004, tak lama sebelum jadwal dia berbicara kepada ribuan pemegang saham McDonald dan karyawan.

Penggantinya, Charlie Bell didiagnosis dengan kanker kolorektal hanya beberapa minggu ke masa jabatannya dan mengundurkan diri pada bulan November tahun yang sama.

Skinner belum menjabat ketika sebuah film dokumenter "Super Size Me" meledak di pasar. Film itu mengkritik McDonald dan industri makanan cepat saji. Akibatnya, Perusahaan itu mengakhiri menu super sizing setelah kemarahan publik.

Ini juga membuat restoran cepat saji itu memperbanyak menu denngan harga rendah dan makanan premium. Jam operasi juga diperpanjang dan banyak unit restoran direnovasi. Alhasil, penjualan McDonald pun melonjak drastis.

Dari 1997 sampai 2001, Skinner adalah Presiden McDonald Eropa. Sebelum itu, ia Eksekutif Wakil Presiden dan Mitra Hubungan Internasional untuk Eropa Tengah, Timur Tengah, Afrika, dan India 1995-1997.

Jim Skinner terpilih sebagai Wakil Ketua McDonald dan Kepala Eksekutif Petugas oleh Dewan McDonald Direksi pada November 2004. Sebelum menjadi bernama Chief Executive Officer, Skinner menjabat sebagai Wakil Ketua McDonald.

Sejak awal 2004, ia telah melaksanakan McDonald Jepang Limited, McDonald terbesar kedua pasar dengan hampir 4.000 restoran. Skinner menjabat sebagai Presiden dan Chief Operating Officer McDonald - Eropa, Asia, Pasifik dan Timur Tengah, dengan tanggung jawab manajemen bagi hampir 12.500 restoran yang beroperasi di sektor-sektor geografis.

Skinner telah memegang berbagai posisi kepemimpinan di masa jabatannya dengan korporasi. Sebelum menjadi Wakil Ketua, dia menjabat sebagai Presiden dan Chief Operating Officer dari McDonald Restoran Group dengan akuntabilitas operasi bagi perusahaan lebih dari 30.000 McDonald restoran di 118 negara pada saat itu.

Dalam peran sebelumnya sebagai Wakil Ketua, Skinner mempunyai tanggung jawab manajemen untuk Asia Tengah Timur dan Afrika (AMEA), dan Amerika Latin, selain mengawasi staf sebagian besar perusahaan fungsi.

Mundur Dari Posisi


Saat ini, Skinner dikabarkan akan mundur dari posisinya setelah menduduki jabatan tersebut selama tujuh tahun. Walau demikian, telah disiapkan penggantinya, yakni Chief Operating Officer Don Thompson (48). Suksesor Skinner ini akan mulai menjadi bos perusahaan hamburger terbesar di dunia tersebut.

Transisi jabatan itu pun diproyeksikan bakal berjalan mulus. Dengan demikian, Thomson akan menjadi salah satu CEO keturunan Afrika-Amerika, ini merupakan hal yang sangat langka.

Skinner (67) telah memimpin McDonald sejak November 2004. Dia telah berjasa besar membuat restoran cepat saji ini ada di mana-mana. Harga saham perusahaan ini pun mengalami kenaikan lebih dari tiga kali lipat sejak dia pimpin.

Walau kabar mundurnya orang nomor satu di McDonals ini mencuat, harga sahamnya tampak tidak terpengaruh. Harga saham perusahaan ini hanya turun 0,1 persen menjadi USD96,60.

sumber

Rating: 4.5

Warren Buffett Ubah Hidupnya di Usia 25 Tahun

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

SIAPA yang tidak mengenal Warren Buffett, orang terkaya ketiga di bumi. Pemilik Berkshire Hathaway ini memiliki kekayaan sebanyak USD44 miliar. Padahal, jumlah asetnya turun USD6 miliar akibat nilai saham Berkshire turun tujuh persen. Apa sebenarnya kunci sukses Warren Buffet? Ini dia langkah penting Buffett yang dibuatnya kala usianya menapaki 25 tahun.

Warren muda yang kala itu mengidolakan Benjamin Graham setelah membaca bukunya The Intelligent Investor, pergi ke Columbia Business School untuk menemui Graham, yang menjadi profesor di sana. Setelah lulus dari Columbia, dia kembali ke Omaha, dan mulai menekuni bisnis surat berharga (obligasi). Meski begitu, Warren tetap tidak pernah melupakan Graham.

Pada periode 1951-1954, dia mulai membuat prediksi sahamnya sendiri, kemudian dikirimkan secara berkala kepada Graham untuk meminta pendapat. Langkah Warren tidak sia-sia, Graham pun membalas kembali suratnya tersebut. "Kalau Anda ada di New York, datang dan temui saya," ungkap Warren menirukan surat Graham seperti dilansir dari Forbes.com, Selasa (27/3/2012).

Berbekal respons surat tersebut, Warren kembali pergi menemui Graham. Di sana, dia ditawari bekerja pada perusahaan Graham-Newman Corp, perusahaan yang dikelola Graham dengan Jerry Newman. "Semua orang mengatakan bahwa AW Jones memulai industri pengelolaan dana ini, sebenarnya adik perempuan dari perusaahaan Graham-Newman, yakni Newman dan Graham, yang telah memulai pengelolaan dana ini sebelumnya," kata dia.

"Saya pindah ke White Plains, New York, dengan istri saya, Susie, yang saat itu tengah hamil empat bulan, beserta putri saya. Setiap pagi, saya naik kereta ke Grand Central dan mulai bekerja," kenangnya.

Tahun selanjutnya, kala Warren berumur 25 tahun, Tuan Graham (panggilan Warren ke Graham) memberi tahu jika dia akan pensiun. "Sebenarnya, yang dia lakukan lebih dari itu. Dia menawarkan saya kesempatan untuk menggantikannya, bekerja sama dengan putra Jerry, Mickey, sebagai mitra senior dan saya sebagai junior. Itu adalah dana yang sangat kecil, hanya sekira USD6 juta atau USD7 juta, tapi dana tersebut menjadi 'terkenal'," tutur Warren Buffett.

Hal tersebut, semakin membuat Graham bersinar di mata Warren. "Saya bahkan menamakan anak pertama saya Howard Graham Buffett. Howard untuk ayah saya," kata Warren.

Menurutnya, ini merupakan keputusan yang sangat sulit. Di satu sisi, dia ingin menapaki langkah yang sama dengan orang yang dulu dikaguminya. "Tapi saya juga ingin kembali ke Omaha. Saya mungkin dapat bekerja selama sebulan dengan terus berfikir untuk memberitahukan Tuan Graham bahwa saya akan mengundurkan diri. Tapi itu sulit untuk dilakukan," jelasnya.

Akhirnya, Warren kembali ke Ohama, setelah mendapatkan cukup uang di New York. Dia menuturkan, kala lulus kuliah, di 1954, dia hanya memiliki uang sebesar USD9.800, namun pada akhir 1955, uangnya telah bertambah USD127 ribu. Karenanya, dia berencana kembali ke Omaha, untuk mengambil kuliah. "Aku (berfikir) akan pensiun!" katanya.

"Saya pikir kami bisa hidup dengan biaya USD12 ribu per tahun dari aset saya sebesar USD127 ribu. Saya dengan mudah bisa mewujudkan itu. Saya bahkan mengatakan kepada istri saya, dengan simpanan deposito maka saya akan menjadi kaya," tutur Warren.

Aksi Korporasi


Di Omaha, dia menyewa sebuah rumah di Jalan Underwood 5202 dengan harga USD175 sebulan. "Saya mengatakan kepada istri saya, kita bisa saja membeli sebuah rumah, tapi itu diibaratkan seperti seorang tukang kayu yang menjual perkakasnya. Karenanya, saya tidak ingin menyia-nyiakan modal saya," kata dia.

Saat itu, dia sama sekali tidak mempunyai rencana untuk menjalin kerja sama atau bahkan memiliki pekerjaan. "Saya tidak khawatir selama saya bisa bekerja sendiri. Saya jelas tidak ingin menjual saham untuk orang lain lagi," tegasnya.

Namun, karena adanya "kecelakaan" dari tujuh orang, termasuk beberapa kerabatnya, Warren pun berurusan dengan kemitraan dalam saham. Hal tersebut terjadi lantaran beberapa orang datang dan bertanya kepada Warren. "Anda terbiasa untuk membantu menjual saham. Karenanya, kami ingin Anda memberitahu kepada kami apa yang harus kami lakukan dengan uang kami. Saya menjawab, saya tidak akan melakukan itu lagi, tapi saya akan membentuk kemitraan seperti Ben dan Jerry saat itu. Jika mau, kalian dapat bergabung dengan saya," tutur Warren.

Adapun yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, yakni ayah mertua Warren, teman sekamar saat dia kuliah, ibunya, Bibi Alice, adik Warren, kakak ipar dan pengacaranya. "Saya juga punya ratusan dolar. Dan itu benar-benar kecelakaan," ungkapnya.

Kemitraan dibentuk dengan makan malam, dengan kehadiran tujuh orang yang sepakat beserta Warren. Warren mengungkapkan, dia membeli buku seharga 49 sen dolar Amerika Serikat dan ke tujuh orang tersebut datang dengan membawa cek. "Sebelum saya mengambil uang mereka, saya memberi laporan dalam secarik kertas karbon yang saya sebut aturan dasar. Saya berkata kepada mereka, ada dua atau empat halaman dalam dokumen digunakan untuk kemitraan. Jangan khawatir tentang itu. Saya akan memberitahu kalian apa yang ada di dalamnya, sehingga kalian tidak akan terkejut," tutur Warren.

"Tapi ini adalah aturan dasar filosofi. Jika kalian setuju dengan saya, maka mari kita lakukan. Tetapi jika ada dari kalian tidak setuju, saya dapat memahaminya. Saya tidak akan memberitahu kalian apa yang kita miliki. Tapi, saya yakinkan saya mendapatkan karangan bunga ketika saya pantas mendapatkan karangan bunga, dan saya rela dilemparkan buah ketika saya layak mendapatkannya. Tapi saya tidak ingin dilempar buah ketika saham saya turun lima persen, namun pasar turun 15 persen. Saya rasa justru saya pantas mendapatkan karangan bunga untuk itu," tegasnya. Ucapanya, telah membuat ketujuh orang tersebut paham dan akhirnya memberikan cek mereka kepada Warren.

Setelah itu, Warren tidak pernah melakukan sosialisasi lagi, namun kredibilitasnya telah membuat orang lain datang untuk menanamkan uangnya pada Warren. "Bahkan datang dari orang yang saya tidak tahu," katanya.

Sementara di New York, grup Graham-Newman telah dilikuidasi. Salah seorang Presiden Uiversitas di Vermont, Homer Dodge, yang telah biasanya melakukan investasi di Graham, dan dia bertanya. "Ben (Benjamin Graham) apa yang harus saya lakukan dengan uang saya?" tiru Warren. "Ada yang bisa kamu lakukan, Ada seorang anak yang dulu bekerja untuk saya," kata Ben.

Akhirnya, Homer pun datang ke rumah kontrakan di mana Warren tinggal dan saat masuk dia menemui Wareen. "Saya berumur 25 tahun, namun terlihat seperti 17 tahun dan bertindak seperti anak usia 12 tahun. Dia (Homer) berkata, Apa yang kau lakukan?. Lalu saya menjawab, inilah yang saya lakukan dengan keluarga saya dan saya akan melakukannya dengan Anda," kata Warren.

Meskipun tidak sadar, namun usia 25 tahun menjadi titik balik Warren Buffett. "Saya mengubah hidup saya, membentuk sesuatu yang menjadi cikal bakal Berkshire Hathaway. Saya tidak takut untuk melakukannya. Saya melakukan sesuatu yang saya suka, dan saya masih melakukannya," tutup dia.

sumber
Rating: 4.5

Lepas dari Film Banting Setir Jadi Pengusaha Mi

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





ULET dan tekad Wahyu Indra, warga Pondok Cina, Depok ini patut dicontoh. Prinsip hidup tersebut mampu mengembangkan usaha waralaba mie ayamnya, hingga kini tersebar di 120 titik di seluruh Indonesia.

Padahal, pria beranak tiga ini dulu bergelut dengan PH perfilman nasional. Namun karena iklim perfilman tak begitu segar lagi baginya, dia pun banting setir ke bidang kuliner. Dengan modal awal sekira Rp27 juta, kini Wahyu sudah mempunyai penghasilan sebesar Rp50 juta per bulan dari sistim waralaba mie ayam grobakan yang dipilihnya.

Dengan dana kemitraan Rp7,5 juta, Wahyu pun telah memiliki 120 mitra di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kemudian di Bandung, Semarang, dan Pekanbaru.

"Alhamdulillah dengan fokus saya bisa mengembangkan usaha ini. Yang penting kuncinya spekulasi yang terukur dalam menjalankan usaha," tuturnya kepada Okezone di Kantor Pusat Mie Ayam Grobakan di Jalan Merpati 6 No 221, Perumnas Depok I, belum lama ini.

Berawal dari hobi makan mi ayam, Wahyu pun tertarik untuk berjualan mi ayam. Ketertarikan itu muncul karena penggemar mi ayam dari segala umur. Wahyu pun mulai gencar melakukan survei mi ayam berbagai produk. Dari mi ayam terkenal, hingga yang biasa.

Pada 2007, suami dari Ervina Widamayanti itu pun mulai mencari resep untuk membuat mi ayam yang enak dan sehat disantap. Setiap menemukan resep membuat mi dari berbagai sumber, Wahyu pun mencoba mi buatannya itu ke pasar. Baik itu di acara keluarga hingga acara di RT dan RW.

Hasilnya Wahyu pun menemukan resep mi yang enak, lembut, dan tidak mudah putus. Tak hanya itu bebas bahan pengawet, kimia, dan halal.

"Kemudian juga bumbu. Bumbu serta sambal yang menyatu di mi ayam itu menari di lidah. Trial eror saya bahkan sampai setahun, jadi awalnya tidak begitu mulus, hasilnya memuaskan," paparnya.

Modal awal digunakan untuk membeli mesin pembuat mi Rp6,5 juta, bahan baku serta menyewa tempat berjualan di Jalan Mawar. Tepat sehari setelah Lebaran pada 2008, Wahyu resmi berjualan mi ayam. Sambutannya pun luar biasa. Hampir 100 mangkuk mi ayam seharga Rp7.000 pun terjual. Kemudian Wahyu pun pindah ke Jalan Merpati. Walaupun pindah mi ayam Wahyu tetap diburu konsumen.

Tak ingin puas dengan buatan mi ayamnya, Wahyu pun mencoba mengembangkan usahanya. Mulainya Wahyu membaca buku tentang waralaba. Setelah yakin Wahyu pun mengembangkan usahanya dengan cara waralaba. Namun pasang surut pun pasti menghampiri usaha Wahyu. Namun semangatnya kembali muncul karena ia belajar dari kegigihan tukang tongseng.

"Waktu makan tongseng saya tanya sama pedagangnya, dia sudah sukses punya ruko, saya tanya ruko ini sewanya berapa per bulan. Dia bilang punya sendiri. Saya tanya lagi berapa lama jualan tongseng, dia bilang lima belas tahun dan mulai tahun ke sepuluh merasakan enaknya. Di situ saya terpecut. Saya baru satu tahun buka saja sudah menyerah, payah banget kan, akhirnya saya bangkit lagi," katanya.

Setiap kemitraan yang ingin membuka waralaba mi ayam Wahyu hanya cukup merogoh kocek berinvestasi sebesar Rp7,5 juta. Dengan dana itu akan mendapatkan gerobak mi ayam yang terbuat dari kayu jati Belanda dan mendapatkan 28 item lainnya. Selain itu diberikan juga pelatihan cara membuat mi, bumbu mi ayam, dan sambal.

"Dari 120 mitra, 20 persennya ada yang berhenti karena berbagai hal. Ada juga berhenti lalu melanjutkan kembali. Sisanya sukses, bahkan sudah ada yang 100 mangkok per hari. Kepercayaan menjadi komitmen kami," imbuhnya.

Analisa investasi dari modal Rp7,5 juta itu adalah pemasukan mi ayam per hari Rp187 ribu (25 mangkuk), teh botol Rp75 ribu, bakso (dua buah) Rp30 ribu, pangsit rebus (dua buah) Rp15 ribu. Jika dihitung per bulan maka penghasilannya Rp9,2 juta. Sedangkan pengeluaran per bulannya mencapai Rp2,3 juta.

sumber

Rating: 4.5

Bermodal Ide, Sandiaga Uno Kini Dikejar Uang

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





BANYAK kejadian yang tidak terduga bisa menimpa sewaktu-waktu dalam kehidupan kita. Hal ini yang dialami pengusaha muda, Sandiaga Salahudin Uno. Siapa sangka, sepak terjangnya sebagai seorang pengusaha bermula dari "kecelakaan".

Sandi awalnya dia adalah seorang pegawai biasa. Bahkan, dia terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), imbas krisis pada tahun 1997-1998. Namun, pria berkacamata ini mencoba bangkit dari keterpurukannya.

"Niat jadi pengusaha itu sebenarnya by accident, karena saya di PHK. Jadi mengalir saja, mencari solusi menjadi survival dan jadilah pengusaha," ungkapnya ketika berbincang dengan okezone beberapa waktu lalu.

Di tengah keterpurukannya, Pria yang lahir di Pekanbaru, Riau, 28 Juni 1969 ini mencoba mengubah mind set-nya, untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri. Hal tersebut tentu sangatlah sulit. Jika sebelumnya Sandi, begitu dia biasa dipanggil, hanyalah pegawai yang menerima gaji, dia harus merubah haluan menjadi pengusaha yang harus menghasilkan uang bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga harus memberikan gaji untuk orang lain.

Tentu tidak mudah untuk menjadi seorang pengusaha. Bapak tiga anak ini pun mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan utama adalah memulai usaha dengan modal minim, kantor yang sangat kecil dan jumlah karyawan yang seadanya. Lalu dia harus bersusah payah mencari klien mulai dari nol.

"Cara menyingkirkan kendala-kendala tersebut adalah terus optimis dan pantang menyerah serta selalu mensyukuri sekecil apapun keberhasilan atau prestasi yang kami capai," tuturnya.

Perlahan namun pasti, pria yang mendapat gelar Bachelor of Business Administration dari Wichita State University pada 1990 dan memperoleh gelar Masters of Business Administration dari George Washington University Masters of Business Administration dari George Washington University pada 1992 ini dapat merintis perusahaannya. Sandi merupakan salah satu pendiri Saratoga Capital, sebuah perusahaan investasi yang didirikan bersama Edwin Soeryadjaya pada tahun 1998. Saratoga Capital merupakan perusahaan yang berkonsentrasi dalam bidang sumber daya alam dan infrastuktur.

Tidak Perlu Modal Besar

Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk menjadi seorang pengusaha haruslah mempunyai modal yang banyak. Namun menurut Sandi modal bukan merupakan hal yang penting dalam merintis usaha. Mantan Manajer untuk Tim Nasional Bola Basket Putri Indonesia pada SEA Games 2005 di Manila, Filipina, ini menuturkan, bahwa yang terpenting adalah sebuah ide. Dari ide kemudian akan terlahir berbagai inovasi dan terobosan yang tentunya bisa berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

"Modal besar? Yang paling penting ide. Ide kita itu kalau misalnya bisa dikemas dengan baik, uang ngejar kita kok. Saya memulai usaha juga tidak pakai modal yang banyak-banyak," kata Sandi.

Selain itu, Sandi pun berpesan pentingnya sebuah jaringan atau networking atau bergaul. Hal tersebut, menurutnya, merupakan hal yang simpel, namun besar imbasnya pada perkembangan usaha kedepannya. Walaupun darah pengusaha tidak mengalir dalam dirinya, namun sekali lagi berkat jaringan yang berasal dari Ibunda tercinta, maka terbuka lebarlah kesempatan Sandi untuk mengepakan sayapnya sebagai pengusaha lebih lebar lagi.

"Berkat jaringan sang ibu, saya mendapat banyak peluang usaha. Meski begitu saya tak pernah merasa jika kesepakatan bisnis yang saya peroleh karena faktor relasi kedua orang tua. Relasi hanya bisa membukakan pintu. Untuk selanjutnya, saya harus berjuang meyakinkan mereka," tutur Sandi.

"Bergaul dan bertemanlah sebanyak-banyaknya dari situ kita bisa mendapatkan banyak informasi dan peluang usaha yang cocok , jika perlu bergabung dalam suatu organisasi yang berhubungan dengan bidang usaha kita. Dengan begitu akses usaha kita untuk berkembang akan semakin terbuka lebar," dia mengimbuhkan.

Sandi pun berpesan, untuk menjadi seorang pengusaha jangan menjadi orang yang ingin cepat kaya. Dia pun membocorkan rahasia untuk menjadi pengusaha sukses seperti dirinya. “Kerja keras, kerja tuntas dan kerja ikhlas,” bebernya.

Mental kuat pun harus dimiliki oleh seorang pengusaha sejati. Seorang pengusaha harus mempunyai mental berani. Berani yang dimaksud yakni berani bermimpi, berani gagal, berani mengambil risiko, berani sukses. Selain itu, fokus serta memiliki visi hidup yang jelas, menjalani hidup akan menjadi apa, berpenghasilan berapa, memilik apa, dan optimis. Selain itu faktor yang sangat penting adalah trust atau kepercayaan. Karena tanpa kepercayaan orang-orang juga tentu tidak akan mau bermitra.

"Kerja keras, kerja tuntas dan kerja ikhlas, di mana pun kita berada itu sangat relevan. Jadi kalau kita punya semangat seperti itu, menjadi pengusaha itu akan menjadi sangat simpel. Kalau kita punya visi ke depan untuk menciptakan nilai tambah, bukan ingin cepet kaya. Kalau ingin cepat kaya akhirnya kita selalu dihadapkan pada situasi yang sangat sulit," papar sandi.

Berkat semangatnya itu, kini ini dia menjabat sebagai CEO Saratoga Capital dan juga pimpinan di beberapa perusahaan, antara lain PT Adaro Energy Tbk yang merupakan salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia,  dan PT Tower Bersama Infrastruktur Group Tbk, perusahaan penyedia menara telekomunikasi. Sandi juga merupaka salah satu pendiri PT Recapital Advisors, sebuah perusahaan pengelola aset yang didirikan pada 1997 bersama teman sekolahnya, Rosan Roeslani.

Namun baru-baru ini, Pria yang hobi berolahraga basket ini mulai merambah dunia dirgantara dengan membeli saham PT Mandala Airlines yang hampir saja bangkrut. Dengan melihat potensi masyarakat Indonesia yang cenderung sering bepergian atau travelling, dirinya mecoba menghidupkan kembali salah satu maskapai kebanggan Indonesia tersebut.

"Saya melihatnya, pertama Mandala itu merupakan aset bangsa di mana pada saat itu dimiliki oleh kawan saya dan waktu itu dia sedang susah, ya saya juga pernah susah. Jadi pasti kalau susah itu kalau ada yang bantu kita, itu appreciate banget. Lalu yang kedua, masyarakat Indonesia kelas menengah tengah tumbuh dan ini yang menjadi tantangan buat kita, bagaimana kita bisa menghadirkan penerbangan kepada para pelanggan kita. Nah, ini yang mungkin mendorong kita, merambah ke dunia dirgantara," ungkap Pria yang menyandang gelar sebagai ‘Indonesian Entrepreneur of The Year’ dari Enterprise Asia.

Selain menjadi pengusaha di sela-sela kesibukannya masih sempat berlari maraton ini juga menjadi sebagai anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN) dan bendahara Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Selain itu, dirinya juga merupakan pendiri Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI). Dirinya pun pernah menjabat sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) periode 2005-2008. Sejak 2004 sampai September 2010 dia aktif di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), terakhir sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi.

Ingin Menularkan Virus Kewirausahaan

Sudah banyak sekali sektor usaha yang digeluti oleh Sandi. Lantas, apa lagi yang akan dilakukannya ke depan? Bisnis apa lagi yang akan digeluti? Sandi menjawab diplomatis, sejauh ini dirinya akan menjalani yang sudah ada terlebih dahulu, dimana khususnya akan mengembangkan bisnis dirgantara yang baru saja dirintisnya.

Namun, suami dari Nur Asia ini ingin menyebarkan virus kewirausahaan kepada seluruh masyarakat Indonesia. "Saya ingin banyak membantu kegiatan sosial. Banyak sekali potensi bangsa ini yang belum disentuh dan saya ingin mendorong hal itu agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Hal itu bisa dilakukan kalau kita bisa menyelesesaikan permasalahan-permasalahan sosial kita. Misalnya anak jalanan ini salah satu permasalahn sosial kita. Kita harus bereskan," ujarnya.

Dia berpandapat masih minimnya entepreneur pada saat ini adalah faktor lingkungan seperti budaya, keluarga dan pendidikan mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan jiwa kewirausahaan, karenanya perlu upaya serius dari pemerintah, pengusaha dan semua pihak untuk merubah sistem dan kurikulum pendidikan yang selama ini berorientasi hanya pada gelar. Saat inilah saatnya dilakukan perombakan sehingga hasil pendidikan berorientasi pada pola pikir yang melahirkan pengusaha-pengusaha baru. Sebagai pengusaha muda dan intelektual, sekarang  Sandi ingin  melakukan transfer ilmu dan sharing pengalaman melalu berbagai cara untuk membangun basis pendidikan jiwa wirausaha di masyarakat utamanya di kalangan generasi muda.

Menurutnya, kampanye kewirausahaan sangat diperlukan untuk mengikis sikap mental yang selama ini masih mendominasi kalangan pemuda untuk bekerja dan bukan berwirausaha. Dan yang juga tidak kalah pentingnya adalah memberikan kurikulum wirausaha di kampus juga merupakan hal yang sangat perlu untuk membenahi output perguruan tinggi dengan memberikan orientasi kepada calon sarjana untuk menjadi pencipta lapangan kerja dan bukan pencari. Akan lebih baik jika kurikulum tersebut dimulai dari sekolah menengah.

Sandi juga memandang bahwa mengintensifkan training atau pelatihan juga penting.  Untuk meningkatkan minat menjadi sebuah keyakinan diperlukan training. Training ini diperlukan untuk memberikan penguatan mental dan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk memulai dan menjalankan usaha serta wawasan yang luas mengenai aspek-aspek wirausaha. Beberapa ilmu manajemen usaha dasar dapat diberikan untuk menepis.

Sandi pun berpesan sebagai pengusaha haruslah mampu dan cerdas melihat peluang bisnis yang ada. selain itu, salah satu strategi terpenting dalam meraih sukses adalah mencari tahu dan mempelajari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang telah berhasil meraih sukses. Teruslah mencari tahu dan belajar dari pengalaman mereka, sampai anda mampu meraih kesuksesan seperti mereka.

"Saya mempelajari bahwa sukses itu mencakup berbagai macam hal, dengan hanya mendalami satu prinsip sukses atau hanya memfokuskan pada satu bagian dalam hidup, tidak akan membawa kita menuju puncak kesuksesan. Namun apabila kita terus selalu mencoba untuk belajar dari kesalahan dan kegagalan kita (trial and error), maka saya optimistis hal tersebutlah yang akan menghantarkan kita pada puncak kesuksesan," ucapnya.

"Kita harus mampu memanfaatkan peluang dari kendala yang ada karena di balik setiap masalah pasti ada peluang. Saya terlahir menjadi pengusaha ketika diberhentikan menjadi karyawan pada krisis moneter tahun 97-98 silam. Selain itu semangat untuk mau belajar dari kesalahan, pantang menyerah, dan tidak menginginkan semuanya dengan instant, dapat membawa saya sampai seperti saat ini,"  tutupnya

sumber



Rating: 4.5

Armida, Si Akademisi yang Angkat Kaum Perempuan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Berbicara soal wanita, tidak bisa dipungkiri dari dulu hingga kini mereka memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan. Baik dalam aspek pembangunan negara, ekonomi, maupun keluarga. Ternyata, wanita pun ternyata kini bisa menentukan "nasib" masa depan sebuah bangsa.

Lihat saja Menteri Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Armida Salsiah Alisjabana. Sejak 2009 hingga sekarang, dirinya bisa dikatakan menjadi salah satu sosok Kartini masa kini yang mempunyai peranan penting di Indonesia. Khususnya dalam mengambil kebijakan atau policy dalam rangka pembangunan ekonomi.

Wanita berkacamata ini mengawali karirnya sebagai kaum profesional akademisi. Armida memandang, jika pembangunan ekonomi Indonesia ingin lebih maju, maka kaum perempuan dan usia produktif alias anak muda harus diberdayakan semaksimal mungkin.

"Kalau Indonesia ingin berhasil, kuncinya ya ini dikaum muda dan perempuan ini. Apapun, Anda bicara pendidikan kan kaum perempuan atau ibu yang memegang peranan. Bicara kesehatan kaum ibu dan perempuan juga yang memegang peranan, berbicara UMKM di desa seperti kaum rumah tangga berpenghasilan rendah, kaum ibu dan perempuan juga berperan," ungkapnya ketika berbincang dengan Okezone beberapa waktu lalu.

Membidik peluang tersebut, wanita yang lahir di Bandung 16 Agustus 1960 itu memainkan perannya sebagai Kepala Bappenas yakni membuat dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang menyangkut gender. Dalam artian, memberikan sensitivitas atau perhatian cukup terhadap kaum perempuan.

Wanita yang terlihat lemah lembut ini mengatakan, sebanyak 50 persen penduduk di Indonesia didominasi oleh kaum wanita dan usia produktif. Armida pun selalu mengutamakan dan mengusung isu pendidikan dan kesehatan. Ibu dua orang puteri ini memandang dua hal tersebut penting untuk membuat kaum wanita di Indonesia dapat lebih maju lagi dibandingkan saat ini.

"Pendidikan dan kesehatan sangat kita fokuskan. Artinya makin lama kita harapkan Sumber Daya Manusia (SDM) kita semakin baik. Nah, bila makin baik, usia muda makin banyak produktif. Apalagi lebih dari setengah penduduk Indonesia kan kaum perempuan. Potensinya di sana," tutur wanita yang juga guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung.

Melihat potensi tersebut, Armida pun optimistis kualitas SDM di Indonesia, khususnya kaum wanita dan usia muda akan terus menanjak. Hal ini dilihat berdasarkan dari tingkat pengangguran yang makin turun dari waktu ke waktu.

"Rata-rata pendidikan kita lama-lama makin meningkat. Ya memang rata-rata lulus SMP belum, tapi menuju ke situ iya. Jadi makin meningkat. Lalu pendidikan wajib belajar (wajar) sudah sembilan tahun, sekarang lagi dirintis menuju 12 tahun," imbuhnya.

Kesempatan Makin Terbuka Lebar

Beda zaman, beda pula kesempatan yang ada. Armida menuturkan, saat ini kesempatan bagi kaum wanita untuk lebih maju dan sukses semakin terbuka lebar di Indonesia. Baik kesempatan untuk memperoleh pendidikan, juga kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan pada kaum wanita serta kaum muda maka kualitas daripada SDM di Indonesia pun akan semakin meningkat pula.

"Kalau diberikan kesempatan, perempuan memang tidak akan kalah. Makanya, sekali lagi pendidikan sangat penting. Harus sekolah dulu ya. Kalau dulu tamat SD, sekarang harus tamat SMP atau SMA, terus maju ke perguruan tinggi. Lagipula sekarang ini macamnya SMU banyak, ada SMK, Politeknik, D1, D2, D3. Banyak pilihan, sesuaikan dengan kemampuan dan minat," tutur wanita yang mendapat gelar Doctor of Philosophy (PhD) ini Economics dari University of Washington, USA.

Sementara dilihat dari sisi pekerjaan, wanita dinilainya mempunyai kesempatan yang sama dengan pria. Ekonomi Indonesia yang tumbuh, seperti misalnya di sektor energi, bukan tak mungkin membuat sosok wanita berjaya dan berkembang di sektor ini.

"Kita tumbuh cukup bagus, yaitu industri pengolahan itu banyak untuk wanita lalu ada juga industri krreatif yang sangat prospektif jadi ada dua sisi untuk kaum perempuan ini yaitu adanya kesempatan karena SDM-nya bagus, di lain pihak kesempatan kerja juga terbuka lebar. Ini kalau kita dorong lebih cepat lagi sangat luar biasa imbasnya bagi negara kita," imbuhnya.

"Bayangkan jika sebuah negara yang tidak dapat memberikan kesempatan dan juga tidak dapat memberdayakan 50 persen dari penduduknya yang mayoritas kaum wanita dan kaum muda itu suatu lost ya, mereka akan mencari tenaga kerja dari negara lain," tuturnya.

Selama menjalani karirnya dalam bidang profesional akademisi ini, wanita yang meraih gelar Master of Arts (MA) in Economics, di Northwestern University Illinois, USA tersebut tidak merasakan adanya diskiriminasi terhadap kaum wanita. Dirinya berpendapat bahwa pada zaman modern seperti ini banyak sekali kemajuan yang terasa khususnya dalam dunia pendidikan yang telah digelutinya selama ini.

"Dalam dunia pendidikan, Alhamdulillah tidak ya.  Saya rasa sudah banyak yang jadi dosen, guru besar, pengelola perguruan tinggi, rektor universitas besar baik negeri maupun swasta, sudah banyak dipegang oleh wanita. Jadi ini sudah banyak kemajuan. Kita ingin lebih banyak lagi terutama untuk yang pendapatan rendah ini, bagaimana caranya hal ini dapat diatasi salah satunya dengan pendidikan yang lebih baik," ungkap wanita yang pernah menjadi dosen fakultas ekonomi di Universitas Padjajaran.

Sosok Kartini di Mata Armida
Berkarir sebagai seorang wanita tentu tidak mudah. Sebagai seorang wanita apalagi yang telah berkeluarga tentunya harus mampu berbagi waktu antara keluarga dengan amanat yang diembannya sebagai pejabat publik dan tentunya memiliki spirit yang besar agar dapat menjalankan kedua peran tersebut secara maksimal.

Spirit itulah yang memotivasi Armida dalam menjalankan peran double sekaligus. Bagi wanita yang di sela-sela kesibukannya masih sempat berkebun ini menuturkan bahwa sosok Kartini memiliki visi pemikiran yang jauh ke depan sehingga kaum wanita bisa seperti saat sekarang ini.

"Ibu Kartini hadir waktu masih dalam penjajahan Belanda. waktu itu peran dari kaum perempuan sangat minim atau orang Indonesia juga minim semua. Nah, bahwa ada seorang wanita muda, pada saat itu dalam kondisi sangat terkungkung, apalagi kaum wanitanya ya beliau hadir untuk membela emansipasi wanita. Itulah menjiwai dan yang mensipirasi kaum wanita Indonesia. Itu kan spiritnya disitu dan beliau memberikan perhatian yang sangat utama dari mulai pendidikan. beliau itu satu punya visi pemikiran jauh ke depan kedua melaluinya melalui pendidikan. itu hebatnya," tutur wanita yang meraih gelar sarjana ekonominya di Universitas Indonesia (UI) ini.

Spirit yang dimiliki oleh Armida juga datang dari keluarga yang selalu mendukungnya kapan dan dimanapun. Menurutnya, hal tersebut sangat penting karena jika hal tersebut tidak dimilikinya maka dirinya tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

"Tentu mendukung. Tidak mungkin berkarir tanpa dukungan keluarga, suami, anak-anak, orangtua, dan mertua. Itu saja ya yang paling dekat. Tidak ada masalah, jadi pikiran tenang, jadi bisa fokus dan tenang dalam pekerjaan," tuturnya.

Wanita yang memiliki hobi fitness ini pun selalu berbagi waktu dengan keluarganya adalah dengan pulang ke rumahnya yang ada di Bandung dua minggu sekali atau sebulan sekali atau sesekali keluarga yang mengunjungi Armida ke Jakarta. Menurutnya, dengan cara seperti itulah komunikasi selalu terjalin lancar dengan keluarganya.

"Apapun, intinya keluarga, harus baik, harus harmonis. saya bisa seperti ini karena suami, dan anak-anak saya mendukung. kalau keluarga baik itu pasti akan lancar. Karena kalau keluarga tidak baik itu kan ganggu dan jadi pikiran. kalau semuanya baik dan aman otomatis lancar semuanya nanti," tambahnya.

Sebuah Kehormatan Diberi Amanah
Diberi amanah untuk memangku jabatan sebagai pejabat publik merupakan sebuah kehormatan bagi Armida. Maka dari itu dirinya sangat tidak berpikir panjang lagi ketika dirinya dipilih untuk menjadi Menteri Bappenas. Dirinya sangat merasa beruntung diberi pengalaman untuk berbuat sesuatu bagi Ibu Pertiwi ini.

"Kalau siapapun diminta, saya rasa tidak ada kata waktu kesempatan atau pilihan, yang memang pilihannya waktu itu antara iya dan tidak. kalau seperti saya itu kan diminta dan ditugaskan oleh bapak Presiden jadi tidak ada pilihan lain dan hal itu satu kehormatan bagi saya dan ini juga khn untuk negara," ucapnya.

Oleh karena itu dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan dirinya selalu menjaga keselamatan agar bisa membuahkan kebijakan yang tentunya dapat berguna bagi pembangunan di Indonesia.

"Tidak ada masalah. Kalau tantangan pribadi adalah tetap menjaga kesehatan. Selain itu dalam menjalankan tugas ini menjaga keselamatan dalam artian dalam membuat kebijakan, mengambil keputusan itu harus selamat, jangan sampai melanggar aturan. Zaman sekarang kan serba transparan akuntable, jadi harus selamat dalam artian tetap dalam koridor-koridor aturan, jangan menyalahi aturan. Agar bisa menjalankan amanah dengan berhasil dan sukses sehingga akan menghasilkan dampak yang baik juga terutama dalam merumuskan berbagai perencanaan agar diperoleh policy yang baik pula," beber Armida.

Sehingga ke depannya, agar pembangunan di Indonesia tersebut dapat berhasil maka dirinya pun akan mengoptimalkan perkembangan didaerah terutama di dalam kabupaten-kabupaten yang tersebar diseluruh penjuru kota di Indonesia. Menurutnya hal itulah merupakan ujung tombak dalam pembangunan di Indonesia.

"Yang paling penting adalah daerah juga. Kan otonomi daerah ini ada di kabupaten atau kota. Keberhasilan pembangunan titik berat akan sangat ditentukan oleh daerah pusat juga, tapi dengan otonomi daerah juga sangat berperan. maka dari itu, supaya efektif didaerah terutama diujung tombaknya kabupaten atau kota. Bagaimana meningkatkan kemampuan dan kapasitas mulai dari perencanaan atau penganggaran di daerah harus bisa dikoordinasikan dengan baik agar semuanya berjalan seirama," tutupnya.

sumber
Rating: 4.5

Sheryl Sandberg, Wanita di Balik Kesuksesan Facebook

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ







Rating: 4.5WANITA selama ini selalu diungkapkan menjadi sosok di balik suksesnya seorang pria. Bukan tak mungkin pula bagi suatu perusahaan. Sebagai seorang chief operating officer (COO) di sebuah perusahaan jejaring sosial, Facebook, Sheryl Sandberg adalah orangnya. Sandberg menjalankan kegiatan penting dalam perusahaan, di antaranya dalam hal periklanan, pengembangan bisnis, serta menangani perekrutan karyawan.

Seperti dilansir dari CNBC.com, Jumat (18/5/2012), selama empat tahun berkecimpung menangani perusahaan, dia telah membantu Facebook menjadi perusahaan yang sangat menguntungkan. Dia juga berhasil memperluas jaringan di internasional. Alhasil, pengguna Facebook sudah lebih dari 900 juta.

Sementara sang bos, yaitu Mark Zuckerberg juga turut andil dalam mengawasi perusahaan. Dia mendesain bagaimana perusahaan mampu terus meraih untung tanpa mempersulit pengguna yang kian banyak. Sandberg mengawali karirnya dari Washington DC ke Silicon Valley pada 2011 lalu. Dia juga sempat bekerja di Google sebagai wakil presiden penjualan online dan iklan serta produk penerbitan.

Kisahnya menjadi bagian dari Facebook bersama Zuckerberg diawali dari hubungan persahabatan yang telah terjalin antara keduanya. Dia tertarik bergabung masuk ke Facebook pada 2008 setelah pertemuannya dengan Mark dalam suatu acara jamuan. Setelah pertemuan itu, mereka rutin mengadakan pertemuan selanjutnya dan mulai membicarakan tentang bagaimana sebuah situs jejaring sosial mampu menjadi ladang bisnis.

Ibu dari dua anak ini patut dijadikan teladan bagi perempuan lain dalam hal keluwesannya untuk berbisnis. Dia selalu mengajarkan bagaimana cara wanita mengatur dirinya dalam berbisnis dalam setiap pidatonya diberbagai kesempatan. Dia juga mengajarkan bagaimana seseorang harus menyelesaikan setiap pekerjaannya tanpa meninggalkannya sebelum semua beres.

Kini, Sandberg diusianya yang menginjak 43 tahun telah menjadi wanita yang sangat dihargai di perusahaan. Sandberg memiliki bayaran terbaik dan memiliki penghasilan setidaknya sebesar USD31 juta.

Sebagaimana diketahui, Facebook memastikan akan melantai di bursa saham pada pagi hari (18/5/2012) waktu setempat. Dikabarkan, pendiri Facebook, Mark Zuckerberg tak cuma menaikkan harga, tapi juga menambah 84 juta saham pada IPO ini menjadi 421 juta saham. Setalah transaksi ini, hak suara Zuckerberg akan berkurang dari 57,3 persen menjadi sekitar 55,8 persen, sebagai akibat dari penerbitan saham tambahan.

Facebook menetapkan kisaran harga saat IPO menjadi USD34 hingga USD38 per saham, dari target awal USD28 hingga USD35. Dengan kisaran target itu, maka Facebook akan mampu menyaingi nilai pasar perusahaan internet lain, seperti Amazon.com Inc, Hewlett-Packard Co, dan Dell Inc.

sumber

Bono "U2" Jadi Rocker Terkaya Berkat Facebook

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ





Vokalis band U2, Paul David Hewson atau yang lebih dikenal Bono Vox, menjadi rock star terkaya di dunia berkat initial public offering (IPO) Facebook.

Seperti dikutip dari Time NewsFeed, Bono santai menyikapi berita NME yang menyebut dirinya sebagai miliader baru akibat IPO dari perusahaan milik Mark Zuckerberg tersebut. Dalam grup investasinya, Elevation Partners, bintang rock itu memasukkan uangnya ke situs jaringan sosial dengan mengantongi 2,3 persen saham Facebook pada akhir tahun 2009.

Bono tetap merendah, kendati muncul spekulasi kekayaannya melewati kekayaan Paul McCartney, anggota the Beatles.

Dengan nilai IPO Facebook yang mencapai USD100 miliar, setara dengan 63 miliar poindsterling, maka nilai saham yang dimiliki Bono mencapai USD1,5 miliar, atau 940 juta poundsterling. Jumlah itu lebih besar dari kekayaan yang dimiliki Paul McCartney yang kekayaanya mencapai 665 juta poundsterling.

"Orang ini (Bono) bukanlah miliarder, dan-atau menjadi kaya dari yang lainnya. Dan bukan cuma soal uang, the Beatles tidak tergantikan, itu hanya lelucon," kata Bono kepada MSNBC.

"Saya pikir itu tidak benar," tegas Bono kepada Washington Times.

The New York Observers BetaBeat membantah laporan NME tersebut. Media ini menyebut NME mengesampingkan fakta bahwa tidak semua saham Facebook yang dimiliki Elevation Partners masuk kantong Bono. Elevations juga sudah menjual sekira sahamnya senilai USD200 juta pada perdagangan saham Facebook akhir pekan lalu

sumber

Rating: 4.5

Generasi Ke-8 Faber Castell Tak Mau Jadi yang Terakhir

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Faber Castell merupakan usaha keluarga yang dirintis selama delapan generasi, namun bukan berarti usaha ini tak mengalami kesulitan. Pemangku usaha keluarga Faber Castell, yang merupakan generasi kedelapan, Count Andreas Wilhelm Eberhard von Faber-Castell menjelaskan, selalu ada kesulitan dalam mengelola sebuah perusaahan.

"Bagaimana cara kita menyelesaikan sebuah kesulitan menjadi kesulitan tersendiri, dan yang lainnya adalah menjaga bagaimana perusahaan ini tetap sehat, berjalan baik dan tetap menguntungkan," jelas Count Andreas Wilhelm Eberhard von Faber-Castell kepada Okezone.

Dia menjelaskan, kesulitan juga terjadi lantaran dalam membangun sebuah bisnis, maka dia harus menerapkan  standar perusahaan saya ke orang-orang yang terlibat.

"Sampai mereka yang terlibat menjadi satu tim, itu membutuhkan waktu beberapa tahun. Sampai semuanya dapat berjalan, komunikasi, dan semua proses lainnya, itu membutuhkan waktu. Meskipun jika saya memulai sekarang, saya harus mencari orang-orang tersebut. Terkadang semua itu membuat saya jungkir balik," tambahnya.

Namun, karena perusahaan ini sudah berdiri ratusan tahun, maka teknisi yang sudah bekerja di perusahaan ini pun cukup lama berkisar antara 12-20 tahun. "Sekarang kita sudah bisa menemukan orang-orang yang tepat, itu adalah bagian baiknya. Faber Castell adalah perusahaan keluarga, perusahaan ini bukan perusahaan yang baru diluncurkan. Atinya, biasanya orang-orang tersebut setia bersama kami. Kebanyakan perusahaan merupakan perusahaan yang baru diluncurkan, karenannya mereka sulit untuk settle. Berbeda dengan kami, kami sangat solid, kami menjaga orang kami,” tutur dia.

"Itulah keuntungan perusahaan yang sudah turun termurun, kami sudah membentuk pijakan kuat. Sehingga kecil kemungkinan bagi perusahaan lain untuk bersaing dengan perusahaan kami," ujar dia.

Dengan adanya tim yang solid ini, maka Andy jarang membicarakan permasalahan tersebut di rumah. "Karena saya jarang membawa pulang masalah. Karena saat saya mengalami masalah, saya punya orang yang membantu memecahkan masalah tersebut, dan saya memandang masalah tersebut dengan positif," jelas dia.

Meski demikian, pola kerja Andy mendapat kritikan dari istrinya. "Istri saya pernah berkata kepada saya, saya tidak menikahi dia, saya menikahi pekerjaan saya," ujarnya diiringi tawa.

Andy juga selalu berbagi pengalamannya mengelola perusahaan tersebut kepada puteranya, meskipun tidak semua saran yang dia ajukan dapat diterima oleh anaknya. "Saya juga pernah berdebat dengan anak saya mengenai mengelola sebuah perusahaan, mungkin ada sedikit perselisihan, namun tahun berikutnya dia datang kepada saya dan berkata. 'Ayah, engkau benar'," kata Andy.

Menurutnya, perusahaan keluarganya dapat sukses karena konsisten menjalankan tiga pilar praktik usaha keberlanjutan yang meliputi keberlanjutan ekonomi, ekologi serta sosial dan lingkungan untuk menghasilkan produk dengan cara terbaik.
Selain itu, dia memandang sebuah pertumbuhan tidaklah harus massive. "Sebuah langkah kecil, bisa menjadi sebuah lompatan besar ke depannya.. kerja keras ditambah interaksi dengan konsumen, mengetahui apa kemauan mereka, menghasilkan teknik baru, akan menghasilkan manfaat baru," tuturnya.

Konsumer, lanjut Andy, adalah orang yang mengajarkan bagaimana dapat membuat perusahaan ini maju. "Bukan ayah saya yang mengajarkan, sedikit dari kakak saya, dan banyak dari konsumer, dari orang-orang di perusahaan ini,” jelasnya. Dia mengatakan, ketertarikan konsumer adalah kunci penjualan. Menurutnya, dia harus memahami bagaimana membuat benda yang paling disukai orang.

"Karena jika orang menyukai produkmu, mereka akan datang. Sepanjang waktu kau harus bekerja membuat resep yang lebih baik dan bertanya apakah mereka suka," katanya.

Akan tetapi, di atas semua itu kunci bertahannya perusahaan keluarga ini, adalah hanya satu orang yang didaulat untuk mengelola perusahaan, sehingga tidak ada perselisihan di keluarga. Dia menjelaskan, biasanya anak tertua dalam keluarga yang didaulat mengelola perusahaan. "Kecuali anak tertua tidak mau atau tidak mampu untuk mengelola perusahaan ini, jadi anak tertua dari keluarga yang mempunyai kemampuan yang akan menjalankan perusahaan ini,” kata dia.

Meski demikian, perusahaan ini tidak selalu dikelola oleh anak laki-laki pertama. Menurutnya, untuk memimpin perusahaan ini, maka orang tersebut memang harus memiliki kompetensi. "Seperti yang terjadi pada generasi kakak saya, anak tertua dari generasinya payah. Kakak saya anak ketiga, namun kakak saya satu-satunya yang menurut ayah punya kualifikasi paling bagus untuk mengambil alih perusahaan," jelasnya.

"Bagaimana membawa apa yang ada di otakmu ke dalam hatimu. Seseorang bisa mengerti apa saja, tapi kalau dia tidak punya minat, lupakan saja, karena dia tak akan pernah menduduki tempat teratas," tegas Andy.

Hal ini juga, yang terus memotivasi untuk mengelola perusahaan ini. Dia tidak ingin gagal, menurutnya, kegagalan adalah ketika mereka menjual perusahaan ini.

"Tetapi itu tidak akan terjadi, langkahi dulu mayat saya, karena saya akan berbuat apapun untuk membuat perusahaan ini lebih kuat, dan dapat dilanjutkan generasi selanjutnya. Saya tidak mau menjadi generasi terakhir yang mengelola Faber Castell,” tukas dia.

sumber
Rating: 4.5

Kisah Dirut Askes, Si Anak Petani dan Mobil Sedan Putih

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

TIDAK pernah terlintas dipikiran seorang I Gede Subawa untuk dapat menempati posisi strategis sebagai Direktur PT  Asuransi Kesehatan (Askes) (Persero). Lahir di Tabanan, Bali, dari keluarga petani, I Gede mempunyai cita-cita untuk membela negara, dan masuk ke sekolah Akabri. Namun, keinginannya masuk sekolah Akabri mendapatkan hambatan dari orangtuanya.

"Orangtua saya kan petani, saya sadar betul kalau kuliah ke Fakultas Kedokteran itu pasti mahal. Jadi saya pilih masuk ke Akabari, karena Akabri dibiayai oleh negara, tapi tidak boleh sama orangtua," kata dia, kala berbincang dengan Okezone beberapa waktu lalu.

Anak pertama dari enam bersaudara ini akhirnya serius menjalani kuliahnya di Fakultas Kedokteran sesuai keinginan orangtuanya. Selain karena dorongan orangtua, pengalaman masa kecilnya juga memantapkan langkahnya di dunia kesehatan. Ini terjadi karena saat masih kecil, I Gede pernah menderita penyakit disentri akibat hobinya jajan makanan di pinggir jalan.

Saat itu, orangtuanya kewalahan memeriksakan anaknya ke klinik terdekat karena disentri yang cukup hebat. Mengingat dokter yang membuka praktek di daerah Tabanan sangat minim, hanya satu dokter yang membuka praktek.

I Gede masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 2 cukup takut saat diperiksa oleh doktor. Bahkan, karena terlalu takut dia sampai melarikan diri. Bukan karena ketakutannya akan dokter yang membuat dia lari, namun lebih kepada perlatan yang digunakan oleh si dokter. "Waktu itu saya lari karena melihat suntikan besar, enggak kebayang sakitnya seperti apa," tutur I Gede sambil tertawa.

Namun, peristiwa tersebut malah membawa dampak positif. Sejak saat itu, karena takut akan dibawa ke dokter, dia enggan untuk jajan sembarangan di pinggir jalan lagi.

Kisah Mobil Putih

Selain kisah jajanan di pinggir jalan dan jarum suntik, I Gede mengungkapkan masih ada alasan lain yang mendorongnya menjadi seorang dokter. Bukan karena kejadian tidak menyenangkan, namun karena dia melihat mobil sedan putih yang terparkir di halaman seorang dokter, di daerah Tabanan. "Waktu itu saya tihat mobil sedan putih milik dokter kok sepertinya keren sekali, saya ingin seperti dokter itu," kata dia.

Oleh karena itu, meskipun berasal dari keluarga seorang petani, yang memiliki kemampuan ekonomi pas-pasan, namun I Gede tetap masuk ke kedokteran. Hal tersebut, lantaran usaha keras kedua orangtua I Gede. Upaya ini, mampu mendorong I Gede masuk Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.

"Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan saya menjalani kuliah di Fakultas Kedokteran. Saya masuk 1971 dengan biaya seadanya, keinginan orangtua yang keras dan saya berusaha menjalaninya dengan sungguh-sungguh, karena kuliah di Fakultas Kedokteran itu tidak murah," jelas dia.

Untuk tetap menjaga agar pendidikannya berjalan, dia rela pulang-pergi menggunakan sepeda dari tempat kuliahnya di Udayana, Denpasar, ke tempat tinggalnya di Tabanan. Bukan jarak yang dekat, karena sehari dia harus menempuh perjalanan kurang lebih 60 kilometer, untuk sekedar membawa bekalnya seperti beras dan bahan pokok lainnya. "Setiap hari Jumat pasti saya pulang ke rumah untuk membawa bekal, bersama teman-teman yang bertempat tinggal di Tabanan beramai-ramai naik sepeda," kenang I Gede.

Untungnya, pihak unversitas tidak terlalu membebankan dia dengan biaya kuliah yang terlalu tinggi. Bahkan pihak Universitas tetap mengizinkannya mengikuti kegiatan kuliah, ketika dia belum membayar uang semester. Usahanya tidak sia-sia, setelah menjalai lima tahun perkuliahan, dia berhasil menyabet gelar predikat mahasiswa terbaik dari 24 orang teman satu angkatannya pada 1978.

"Sebenarnya saya lulus 1977, namun karena menunggu teman-teman untuk menjalani pelantikan yang berbarengan, sehingga saya dicatat lulus tahun 1978," tutur pria lulusan SMA Tabanan Bali tahun 1970 ini.

Awal Karier

Setelah lulus dari Udayana, penyuka lagu-lagu Broery Marantika tersebut langsung menjadi dokter, dan mengabdikan diri di puskesmas di Nusa Tenggara Timur, di salah satu kecamatan yang jauh dari pusat kota, berbatasan dengan Timor-timur, selama 2 tahun sejak 1978 hingga 1980.

Lalu tahun 1980 sampai tahun 1983 I Gede dipilih oleh Bupati Atambua menjadi Direktur rumah sakit di Atambua yang memiliki sekira sembilan tempat tidur pasien. Di rumah sakit itu, hanya dia yang menjadi dokter di poliklinik yang siaga selama 24 jam, dan itu dijalaninya selama tiga tahun. Setelah itu, dia dipindahkan ke Flores Timur di Dinas Kesehatan.

Di sana, I Gede menjabat sebagai kepala kantor perwakilan cabang di Ende NTT dan wilayah Manggarai selama lima tahun, kemudian pada 1988, I Gede dipromosikan sebagai Kepala Kantor Cabang di Bali selama dua tahun hingga 1990.

Guna menunjang keperluan pekerjaannya, I Gede kembali mengambil kuliah di Universitas Gajahmada (UGM) pada 1996, dan mengambil jurusan Manajemen Rumah Sakit. Karena prestasinya tersebut, dia dipilih menjadi Kepala Kantor Cabang Jawa Tengah.

Bekerja menjadi kepala kantor cabang membuat I Gede harus meninggalkan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan 4B pada 1996. Baru pada tahun 2000 I Gede dipercaya sebagai Direktur Operasional Askes, "Saya tidak menyangka perjalanan karier ini menjadi Kepala Kantor Cabang lalu diangkat sebagai Direktur Operasional," tutur I Gede.

Pindah ke salah satu perusahaan pelat merah tidak lantas membuat I Gede dapat santai. Menurutnya, Askes selalu di nomor duakan karena pelayanannya yang belum memadai, sehingga menjadi tantangan besar dirinya untuk mengubah citra Askes di mata masyarakat. "Saat itu kami di lapangan selalu dihadapkan dengan situasi tidak nyaman," tutur I Gede.

Dia mengungkapkan, keraguan masyarakat untuk mengikuti Askes, juga didasar atas belum adanya kerjasama askes dengan rumah sakit swasta. Oleh karena itu, dia membuat perubahan dengan cara bekerjasama dengan rumah sakit swasta. Hingga kini, askes lebih bekerjasama dengan 250 rumah sakit swasta di seluruh Indonesia.

"Saya yakin ke depan akan sangat banyak sekali membutuhkan rumah sakit swasta dengan perlakuan yang sama terhadap peserta pengguna Askes," tutur I Gede.

I Gede memaparkan, melayani orang sakit memang harus lebih hati-hati karena lebih sulit ketimbang melayani orang-orang yang datang ke bank, maupun ke hotel. Karena, orang sakit memiliki ketidakstabilan mental psikologis antara bisa disembuhkan atau tidak yang juga selalu terbentur dengan permasalahan biaya. Namun, semua itu terbayarkan, karena masyarakat yang tertolong banyak yang berterimakasih.

Dia menambahkan, Askes merupakan perusahaan yang utamanya bukan mencari untung, mengingat tugas pokoknya adalah memberikan pelayanan yang baik kepada pesertanya.  "Saya akan mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin, sesuai amanat dari kitab suci yang saya pegang. Karier ini saya jalankan dengan cara yang terbaik," jelas dia.

Hingga kini, Askes telah memproduksi lebih dari 1.600 jenis obat yang telah dinegosiasikan dengan pabrikan obat. Sehingga, para peserta Askes bisa membeli obat dengan harga murah. Selain itu, Dia juga mengaku telah mencapai cita-citanya, yakni memiliki mobil sedan berwarna putih yang dilihatnya semasa kecil di halaman rumah dokter yang tidak jauh dari rumahnya.

sumber
Rating: 4.5

Liku-Liku Faber Castell Penuh Warna

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ







Rating: 4.5Menggambar menjadi salah satu kegiatan yang diajarkan kala kita duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK). Menggambar menjadi wadah untuk mengekspresikan keindahan alam, maupun menggambar apa saja yang ada di benak kita. Menggambar, mewarnai, juga menjadi hobi yang digunakan orang untuk melepas stres ataupun menyalurkan imajinasi mereka di atas kertas.

Salah satu perusahaan yang konsisten mewujudkan imajinasi melalui peralatan pensil adalah Faber Castel. Perusahaan yang awalnya bernama Faber ini, telah menciptakan pensil lebih dari 250 tahun, selama delapan generasi. Didirikan Kaspar Faber pada 1761, pada awal mulanya, perusahaan ini hanya memproduksi pensil. Pengrajin kabinet ini memproduksi pinsil pertamanya, yang disebut "Bleiweißstifte" di Stein dekat Nuremberg, Kaspar Faber dan dijual di pasar Nuremberg.

Perusahaan yang berdiri sebelum Revolusi Prancis dan berdirinya negara Amerika Serikat (AS) ini, bukan perusahaan karbitan yang dikenal sesaat, serta hanya sekadar memanfaatkan euforia pasar saham. Faber pun juga sempat dihantam gelombang badai hebat, kala generasi ketiga, Georg Leonhart Faber pada era 1810-1839, mengalami masa politik dan ekonomi yang sulit karena adanya Perang Dunia pertama.

Perang Dunia itu mau tak mau mengakibatkan produksi menurun dan kondisi perusahaan terancam bangkrut. Bahkan, Faber Castell harus rela kehilangan seluruh gunung grafit mereka di Siberia, yang menyebabkan semua properti dan rumah juga hilang. Perang dunia telah mengambil hampir semua aset perusahaan dan membuat mereka kehilangan bisnis di Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Rusia.

Namun, ungkapkan semua akan indah pada waktunya akhirnya dialami keluarga ini. Badai tersebut mampu dilewati. Hasilnya, pada kepemimpinan Lothar von Faber pada periode 1839-1896, Faber Castel bisa kembali bangkit. Berbekal pengalamannya, serta produksi alat tulis di Prancis dan London, dia mempunyai visi mencapai posisi teratas dengan menghasilkan produk terbaik di dunia. Lothar von Faber juga yang pertama kali mencetak pensil hexagonal dan menerapkan standar produk, menemukan gradasi pensil (HB, 8B - 6H) yang sekarang dipakai oleh industri pensil.

Perubahan brand Faber terjadi pada generasi ke-6, pada 1898. Kala itu, putri tertua dari Wilhelm Von Faber sekaligus pemimpin sementara perusahaan, Baronnes Ottile Von Faber, menikah dengan Count Alexander zu Castell-Rüdenhausen yang merupakan keturunan dari salah satu keluarga bangsawan tertua di Jerman.

Menjelang ajal, Lothar Von Faber telah mempersiapkan surat wasiat, di dalamnya menegaskan bahwa generasi berikutnya tetap harus menyertakan nama 'Faber' ke dalam nama keluarga yang baru. Karena itu nama keluarga yang baru "Count and Countess von Faber-Castell" diangkat menjadi nama perusahaan yang baru "Faber-Castell".

Kuatnya pondasi ini, membuat Faber Castell dapat bertahan sampai saat ini. Kini Anton Wolfgang Graf von Faber-Castell, didaulat menjadi pemimpin generasi kedelapan perusahaan keluarga pada era 1978, dan pada 1992 Count Andreas Wilhelm Eberhard von Faber-Castell yang akrab disapa Andy mulai bergabung dengan Faber Castell.

Count Andy memulai bisnisnya di Australia pada 1971, dan sukses dengan karier penjualan di Xerox. Pada 1992 dia tercatat bergabung dengan Faber Castell untuk membenahi wilayah Australia. Andy memang bergabung pada 1992, namun membutuhkan waktu satu tahun untuk benar-benar menguasai seluk beluk perusahaan ini.

"Saat pertama bergabung dengan perusahaan ini, saya sedikit pendiam untuk 12 bulan awal. Sampai ada produk baru dari saingan lainnya, baru saya mulai menyerang," tuturnya kepada Okezone.

Hal ini dibuktikannya dengan membuat Connector Pen, terobosan yang dilakukannya di pasar Australia, telah menjadi awal aksinya di bisnis alat tulis ini. Akibatnya, dia dipercaya untuk mengawal kawasan Asia Pacifik dan mengawasi perusahaan di Indonesia, Malaysia, India, dan China.

Kecintaannya akan alat tulis ini, Andy yang mengelola berbagai industri seperti perusahaan printing di Australia, mulai tidak fokus. Dia juga menyerahkan pabrik pengolahan ikan di Jerman, untuk ditangani anaknya.

"Tapi fokus saya tetap di Faber Castell, karena saya mempunyai passion. Saya mencintai pensil, saya suka mempromosikan barang saya, saya senang meraih kesuksesan, dan itu memotivasi saya," jelas dia.

Bersaing dengan Zaman

Faber Castell memang menjadi brand pensil untuk menulis dan menggambar kelas dunia. Meski begitu, banyak produk saingan mulai bermunculan seperti produk dari China.

"Tetapi tetap terbukti produk kami yang paling baik, itu terlihat dari meningkatnya penjualan," tutur dia.

Kualitas pensil buatan Faber Castell memang tidak diragukan lagi. Hal ini sejalan dengan prinsip, Count Alexander pada 1905, range produk yang sangat terkenal sekarang yaitu "Castell" hijau atau Green "Castell". Produk baru ini diberi logo "Tournament of the jousting Pencil Knights" yang bertema ksatria yang menggunakan pinsil green castell sebagai tombak mengalahkan lawannya dalam turnamen.

Logo tersebut dimaksudkan untuk memberi gambaran bahwa produk baru ini memiliki kualitas tinggi yang mengalahkan semua pesaingnya. Logo Ksatria pinsil ini menjadi trademark perusahaan hingga saat ini.

Guna menjaga kualitas produk ini, maka pensil dari Faber Castell pun diolah berdasarkan pohon pinus terbaik. Di sisi lain, Andy mengatakan perusahaan juga tetap menjaga penghijauan. "Ayah saya mengajarkan saya untuk mencintai tumbuhan, dan itu yang saya terapakan. Setiap pemakaian, kita selalu melakukan penanaman kembali," kata dia.

Akan tetapi, penerapan cara ini bagai pedang bermata dua bagi produk Faber Castell. Bagaimana tidak? Di saat produksi pensil diharuskan menelan biaya karena pemilihan kualitas pohon dan serangkaian relokasi pohon, produk-produk serupa mulai membanjiri pasar dan menawarkan harga murah.

"Ini yang membuat produk kita lebih mahal ketimbang produk dari China, karena mereka hanya menggunakan dan tidak perduli akan penghijauan kembali," urai dia.

Selain itu, Faber Castell juga harus bersaing dengan teknologi yang terus berkembang. Saingan datang bukan hanya dari produk serupa, namun dari peralatan canggih yang digunakan untuk menggambar, seperti komputer, produk Apple dan tab. Meski begitu, dia meyakini produk yang mengandalkan teknologi tersebut tidak akan mampu menyaingi produk Faber Castell.

"Memang bisa dilakukan di iPad, tapi Anda tetap ingin melakukan kegiatan tersebut secara nyata, dan tidak ada bisa yang menggantikan ‘magic’ dari otak ke tangan Anda, yang tertuang di lembaran kertas, dan bagaimana anak Anda menikmati melakukan itu semua," tuturnya.

Menurut dia, penggunaan pensil sebagai alat untuk menggambar tidak akan tergantikan. Seperti kertas, contoh dia, meskipun banyak diserukan penghematan kertas dalam perkantoran, namun penggunaan kertas tetap tinggi.

"Sejauh ini, banyak negara yang mengunakan kertas lebih dan lebih lagi, karena kertas alat menulis yang biasa Anda pakai, Anda bisa meremasnya dan melemparnya, Anda bisa mencatat di sana, Anda bisa merobeknya dan saya rasa ini hal-hal yang tidak akan bisa digantikan oleh komputer. 80 persen lebih, orang akan mencatat di kertas daripada hanya mendengarkan atau mengetik di komputer," jelas dia.

Keyakinan itu tak akan tergantikan, karena pensil juga dilandasi dari belum berubahnya beberapa hal. Meskipun bisa dilakukan lewat game. "Anda bisa bermain tennis di game, tapi Anda tetap ingin melakukan hal ini secara nyata kan?" tanyanya. Keyakinan ini, juga ditopang atas pengalaman masa kecilnya.

Saat itu, Andy muda menapaki era musik elektronik. Pada eranya, Andy muda disuguhi akan kedatangan piano elektrik. Begitu tenarnya piano elektrik, sampai banyak orang mengatakan piano asli nantinya hanya akan ditemui di museum.

"Tapi apa yang dilakukan piano elektrik malah membuat orang tertarik untuk memainkan piano asli, cara cepat mempopulerkan piano, dan pada akhirnya mereka membeli keduanya. Karena mereka merasa perbedaan antara piano elektrik dengan piano asli ketika memainkanya," kisahnya.

Kepercayaan Andy juga bukan tanpa alasan. Di atas kertas, meskipun penjualan produk Apple kian meningkat, namun penjualan Faber Castell juga mengalami pertumbuhan.

"Ini terbukti ketika kita bicara produksi, setiap tahunnya produksi kita terus mengalami peningkatan, setiap tahunnya lebih dari 200 juta pensil diciptakan, jadi kita terus tumbuh," demikian disampaikannya.

Lebih Suka Buatan Tangan
Namun tidak bisa dipungkiri, dewasa ini teknologi telah mengantikan hampir setiap kegiatan komunikasi melalui teknologi. Misalkan saja, dulu orang suka menulis surat, kemudian berganti lewat SMS. Sekarang, mereka cukup berkomunikasi lewat jejaring sosial maupun surat elektronik. Kebiasaan ini yang disesalkan oleh Andy.

Menurutnya, ada beberapa hal yang memang tidak bisa digantikan oleh kemudahan teknologi tersebut. Dia bahkan pernah memarahi anaknya karena menggunakan email untuk mengirim ucapan selamat Natal. "Saya tidak suka email ucapan selamat Natal, karena saya pikir itu malas," jelas dia.

Andy pun lebih suka mendapat kartu ucapan buatan tangan. Mengapa? Karena, dengan demikian dia mengetahui jika saat itu, sang pengirim mengkhususkan pemberian itu untuk dia.

"Dan itu sangat menyenangkan. Tapi anak perempuan saya pernah mengirimkan kartu ucapan Natal ke saya dan untuk orang-orang lainnya, saya jadi kesal. Saya katakan 'ayolah, kamu sapi pemalas, gunakan kartu ucapan asli'. Meski dia beralasan itu akan menghabiskan kertas, tapi saya pikir itu malas," kata Andy.

Meski demikian, bukan berarti Andy antiteknologi. Menurutnya teknologi yang ada dapat bermanfaat ketika itu berhubungan dengan sebuah inovasi dan penciptaan. "Dan berhubungan dengan menggambar, mewarnai, dan melukis," tambah dia.

Andy juga memaksimalkan teknologi yang ada ini untuk memasarkan dan mengembangkan Faber Castell. Untuk itu, dia berinisiatif menggunakan iPhone sebagai sarana. Dia menjelaskan, dengan adanya aplikasi di iPhone, dapat menunjukkan pada orang bagaimana cara menggambar.

"Saya sudah meminta ke berbagai perusahaan untuk menerapkan hal ini, teknologi sudah memberikan banyak kemudahan pada kita untuk beriteraksi dengan konsumer, kita bisa menunjukkan keutungan memakai Faber Castell, keindahan dari melukis, dan kesenangan melakukan itu semua," jelas dia.

Aplikasi tersebut, nantinya akan menunjukkan pada masyarakat bagaimana mereka dapat bersenang-senang dengan menggunakan pensil warna. Bagaimana cara mengambar, bagaimana cara bersenang-senang dengan pensil warna. Intinya, aplikasi tersebut akan dikembangkan untuk memberikan gambaran bagaimana cara menciptakan sesuatu. "Menciptakan itu suatu teknik yang terus berkembang," singkatnya.

Oleh karena itu, tak jarang Faber Castell mengadakan kompetisi mewarnai, ini dilakukan untuk mengembangkan seni dan kreatifitas. "Kita hanya harus membebaskannya, dan menunjukan pada mereka bagaimana membebaskan ide dan kreatifitas itu, dan tugas kita untuk menunjukkan itu, dan bagaimana sukses yang dapat dicapai dari alat-alat itu," kata dia.

Menurutnya, melukis menggambar dan mewarnai, kini diminati orang-orang di usia senja. Andy mengatakan, di saat orang pensiun, mereka ingin melakukan sesuatu lagi yang menyenangkan bagi mereka, dan mengambar jadi salah satu kegiatan yang masuk dalam list mereka.

"Selain musik, seperti bermain piano dan belajar hal lain yang belum pernah dia lakukan, tetapi mengambar jadi pilihan di tengah banyaknya game yang berkembang dan kecangihan teknologi. Kita bisa tumbuh bersama dengan teknologi," tuturnya.

sumber

Daftar Kesuksesan Bos AirAsia

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


TONY Fernandes telah sukses mengembangkan bisnisnya di industri penerbangan melalui AirAsia. Pencapaian terbesar pengusaha Malaysia ini yakni membuat AirAsia menjadi maskapai penerbangan internasional.

Sebelum dia memasuki industri ini, negara-negara di wilayah Asia belum memiliki kesepakatan penerbangan terbuka (open skies agreement). Pada pertengahan 2003, Fernandes melobi Mahathir Mohammad, Perdana Menteri Malaysia agar mengemukakan wacana persetujuan itu kepada Thailand, Indonesia, dan Singapura.

Hasilnya, bukan saja untuk AirAsia, tetapi juga untuk berbagai maskapai penerbangan tarif murah yang lain bisa mendaratkan pesawatnya di negara ASEAN. Fernandes juga berhasil merevolusi perindustrian penerbangan melalui penerbangan tarif murah (low cost carrier). Sekarang, terdapat beberapa maskapai penerbangan bertarif rendah di wilayah ASEAN.

Pada 2004, AsirAsia membuat perusahaan joint venture di Thailand dan Indonesia. AirAsia menguasai sebanyak 49 persen saham di kedua perusahaan tersebut. Thai AirAsia adalah joint venture dengan Shin Corporation, perusahaan milik konglomerat di bidang telekomunikasi Thailand.

Di Indonesia, AirAsia berkongsi dengan PT Awair dengan melakukan relaunching penerbangan bertarif murah dengan nama Indonesia AirAsia. Atas keberhasilannya tersebut, Fernandes mengantongi segudang penghargaan. Di antaranya:

- International Herald Tribune Award untuk "Visionaries & Leadership Series", atas kinerjanya yang di AirAsia;

- "Malaysian CEO of the Year 2003". Dirinya pada Desember 2003 dianugerahi penghargaan oleh American Express dan Business Times. Penghargaan ini mengukuhkan dirinya sebagai salah satu pemimpin perusahaan di Malaysia dan ahlinya dibidang wirausaha dan manajerial.

- "Emerging Entrepreneur of the Year" in the Ernst & Young "Entrepreneur Of The Year Awards" pada 2003;

- Made the list of Business Week's "25 Stars of Asia" in 2005.
- "Malaysian Ernst & Young Entrepreneur of the Year 2006"
- "Excellence In Leadership - Asia Pacific Leadership Awards 2009"
- 2010 Forbes Asia businessman of the year

-
2011 No.52, in FastCompany Top 100 Most Creative People in Business.
Selain itu, Fernandes juga mendapatkan gelar Tan Sri, Dato Sri dari Raja Malaysia. Juga mendapatkan gelar Legion d'Honneur dari Prancis. Sementara dari Kerajaan Inggris, Fernandes dianugerahi CBE atau Commander of the Order of the British Empire.

Fernandes juga selalu masuk dalam daftar orang terkaya di Malaysia. Pada 2012 ini, Forbes menyebutkan, Fernandes merupakan orang terkaya ke-15 di Malaysia dengan kekayaan sebesar USD615 juta.

sumber
Rating: 4.5

Cek Online Tagihan Listrik